Keturunan Diponegoro Tak Setuju Dengan Prabowo soal Makam

  • Sabtu, 15 Juli 2023 - 16:59 WIB
  • Nasional

Manaberita.com – Ki Roni Sodewo, Salah satu keturunan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta, menilai keinginan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memindahkan makam pahlawan nasional itu dari Makassar, Sulawesi Selatan ke kampung halamannya adalah hal yang tidak elok.

Ki Roni yang merupakan keturunan ketujuh Pangeran Diponegoro di Yogyakarta mengungkapkan sejatinya itu bukanlah kali pertama pernyataan memindahkan makam leluhurnya keluar dari mulut Prabowo yang juga Ketua Umum Gerindra tersebut.

“Statement ini pernah keluar juga. Jadi mohon maaf nggeh, nggak eloklah kalau orang yang sudah meninggal untuk komoditas politik. Saya rasa enggak bagus,” kata Roni dikutip dari CNN Indonesia.

Roni mengatakan leluhurnya itu dimakamkan di tanah pengasingan yakni Makassar justru merupakan keinginan dari Pangeran Diponegoro agar bisa lebih ‘menyatu’ dengan salah seorang putranya yang wafat di sana.

Apalagi, sambungnya, kini Pangeran Diponegoro memiliki banyak keturunan di Makassar. Ki Roni menyebut keturunan pemimpin Perang Jawa (1825-1830) itu kini sudah mencapai generasi keenam di sana.

Oleh karena itu, Ki Roni pun meminta siapa saja memahami dan menghormati kondisi tersebut.

“Yang harus kita hormati adalah Pangeran Diponegoro itu di sana punya keturunan. Yang keturunannya aja tidak pernah punya keinginan itu (memindahkan makam), kenapa orang lain justru selalu saja ada pemilihan presiden seperti itu. Walaupun saya tahu maksud beliau baik,” katanya.

Baca Juga:
PDIP Respons Kabar Budiman Bakal Sepanggung Dengan Prabowo

Selain itu, pihaknya percaya Pangeran Diponegoro telah melekat dengan sejarah dan hati warga Makassar. Dia juga yakin masyarakat setempat tak akan mengizinkan pemindahan makam ini. Dia pun curiga keinginan memindah makam ini tak muncul langsung dari benak Prabowo. Melainkan bisikan orang-orang di sekelilingnya yang tak memahami historis, dan memanfaatkannya untuk kepentingan politik menjelang Pemilu 2024.

Diketahui, Prabowo adalah bakal calon presiden (capres) yang diusung Partai Gerindra.

“Sekarang motivasinya itu apa. Kami kenal baik dengan keluarga beliau, dengan Pak Prabowo, dengan Pak Hashim (adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo). Jangan-jangan ini orang-orang di sekitarnya yang hanya ingin menambah perolehan suara,” ucap Ki Roni.

Baru-baru ini usulan untuk memindahkan makam Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya diutarakan Prabowo saat menjadi pembicara dalam rangkaian acara Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Kamis (14/7).

Baca Juga:
Hasto dan Projo Sahut-sahutan soal Manuver Politik Relawan

“Di sini, di kota ini [Makassar] juga ada makam Pangeran Diponegoro yang dibuang dari daerah asalnya. Dan, tidak ada salahnya kita berpikir apakah tidak di alam merdeka, tentunya dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, apakah tidak ada baiknya kita kembalikan makamnya Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya lagi,” kata Prabowo saat berbicara di podium acara Rakernas Apeksi di Makassar tersebut.

“Perlu kita pikirkan,” tegas pria yang juga Ketum Gerindra tersebut.

Merespons pernyataan Prabowo tersebut, Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pemulangan Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya di Yogyakarta tidak perlu.

Dia menilai masyarakat Makassar juga menghormati sosok pahlawan bernama asli Bendara Raden Mas Antawirya tersebut.

Baca Juga:
Sandiaga Pamit dari Gerindra, Begini Respon Prabowo

“Kalau saya enggak usah, Pangeran Diponegoro di sana [Makassar] juga dihargai oleh masyarakat,” kata Sultan di Yogyakarta, Jumat (14/7).

“Dan masyarakat di Makassar juga menjaga, saya kira tidak perlu harus diputar ke Jogja. Masyarakatnya menghargai [Pangeran Diponegoro] di sana,” imbuhnya.

Pangeran Diponegoro lahir dengan nama Bendara Raden Mas Antawirya pada 11 November 1785 di Yogyakarta. Dia merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III dan RA Mangkarawati.

Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan penjajahan Belanda itu wafat dalam pengasingan pada 8 Januari 1855 di Benteng Rotterdam, Makassar. Pemimpin Perang Jawa (1825-1850) itu pun dimakamkan di Makassar.
(Rik)

Komentar

Terbaru