Bodo Kupat, Tradisi Unik Suku Jawa Yang Turun Temurun

warga Suku Jawa saat menyiapkan Bodo Ketupat.
Ibu-ibu saat menyiapkan ketupat sayur untuk disantap bersama di Mushola Safinatunnajah di Desa Sumber Mulyo, Minggu (02/07).

MANAberita.com – SUKU Jawa memiliki tradisi merayakan “Bodo Kupat” atau lebaran ketupat setelah H+7. Tradisi ini tidak hanya berlaku pada mereka yang berada di Pulau Jawa saja, tapi juga suku Jawa yang bertransmigrasi ke Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Selatan.

Seperti yang dilakukan jamaah Mushola Safinatunnajah di Desa Sumber Mulyo Kp. 8 Kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten OKU Timur. Dalam memperingati Bodo Kupat, mereka berbondong-bondong ke mushola untuk makan ketupat sayur bersama, Minggu (02/07/17).

Warga Suku Jawa saat membuat Bodo Ketupat.

Sehari sebelumnya, mereka disibukkan dengan membuat ketupat dari “janur” yaitu daun kelapa yang masih muda. Warga berbagi janur apabila diantara mereka masih ada yang belum mendapatkan. Lalu mereka duduk bersama dan membuat ketupat sambil bersenda gurau.

Baca Juga:
Tragis! Warga Kumpul Rejo Utara Hanyut Di Sungai Komering BK 4

Keesokan harinya, satu orang memukul kentongan di poskamling pukul 06:00 WIB untuk memanggil warga agar segera berkumpul di mushola. Kemudian para wanita datang membawa ketupat sayur sebagai hidangan makan bersama sedangkan kaum laki-laki disibukkan dengan mempersiapkan tempat.

Imam Mushola Safinatunnajah, Nodin (52) memberikan sambutan singkat sebelum menyantap hidangan. Dalam sambutannya, Nodin mengatakan jika acara makan ketupat bersama ini merupakan wujud syukur setelah melaksanakan puasa Syawal.  “Lebaran ketupat merupakan tasyakuran setelah kita melaksanakan puasa Syawal,” jelasnya.

Uniknya, setelah berdoa bersama para ibu mencampurkan semua sayur yang mereka bawa menjadi satu dalam wadah yang sama. Padahal mereka membawa sayur yang berbeda meskipun sejenis (sayur santan). Ada yang berisi nangka muda, kacang panjang, bahkan daging ayam.

Baca Juga:
Pasien BPJS Keluhkan Lagi Pelayanan RS, Fenus Antonius Akan Usut Tuntas Sampai Keakarnya!

Setelah dicampur, mereka membagikan piring berisi irisan ketupat dan sayur tadi kepada semua yang hadir dalam acara tersebut. Tak sampai disitu, setelah selesai makan bersama mereka juga mengisi kebali wadah yang sudah kosong dengan sayur dan ketupat yang masih tersisa.

“Lek turah yo dilebokne rantang meneh ben digowo balek dipangan neng omah. Mbagi kupate kudu roto iki ben uman, (Kalau sisa yang dimasukkan wadah lagi aja biar di bawa pulang trus dimakan di rumah. Membagi ketupatnya juga harus rata biar dapet semua)” kata Asiyah (65), salah satu warga yang membagikan ketupat.

Dirinya juga menuturukan jika  tradisi ini sudah turun temurun dari dulu. Sebelum bertransmigrasi ke Sumatera, lebaran ketupat juga sudah dilakukan suku Jawa di pulau Jawa. Selain untuk melestarikan tradisi, acara ini juga berguna menyambung tali silaturrahmi antar warga. (nad)

Komentar

Terbaru