MANAberita.com — SUDAH bahagiakah dirimu telah melepaskanku? Merasa lega? Hilang bebanmu? Entah aku yang terlalu bodoh atau apa, namun, ucapan perpisahan itu masih terasa.
Masih terasa bagaimana mati-matiannya aku meredamkan pertengkaran agar tidak ada perpisahan. Namun, kata melepaskan begitu mudah terucap di bibirmu.
Katamu, aku orang yang memiliki sikap keras dan enggan ditentang. Memang, salah satunya, aku enggan berpisah denganmu. Mereka bahkan tahu jika aku tak mau bisa dikalahkan. Namun, di depanmu, aku rela menjadi kalah.
Aku bahkan tak masalah ketika terus disalah-salahkan olehmu. Jika kamu marah, aku bahkan tak membalas makianmu. Katamu, jika kamu sedang marah maka aku harus diam.
Aku mengalah. Tak apa, asal jangan ada perpisahan. Sayangnya, mulutmu terlalu mudah mengucapkan kata perpisahan, tanganmu terlalu enteng untuk melepaskan seseorang yang menyayangimu.
Sayang, pergilah. Jika kamu terlalu mudah untuk melepaskan, kenapa aku harus merengek agar terus dipertahankan? Jika memang cinta, kata perpisahan seharusnya haram diucapkan.
Semoga akan ada pengganti yang bisa memahami sikap egoismu, mempertahankan dan tidak mudah melepaskan seperti yang kamu lakukan padaku. (Dil)