MANAberita.com — NABI Muhammad SAW bersabda “Ada watak yang keduanya tidak boleh ada dalam diri seorang mukmin, yaitu akhlak buruk dan kikir.” (HR. Tirmidzi)
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ada dua macam akhlak yang disukai oleh Allah SWT, dan dua macam akhlak yang dibenci oleh-Nya. Dua akhlak yang disukai Allah SWT adalah dermawan dan berani. Dua akhlak yang tidak disukai oleh-Nya adalah akhlak yang buruk dan kikir. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia menjadikannya sebaik amal yang selalu memenuhi keperluan-keperluan orang banyak.” (HR. Baihaqi).
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Takutlah kalian terhadap perbuatan aniaya, karena sesungguhnya aniaya itu adalah kegelapan pada hari kiamat. Dan takutlah kalian terhadap sikap kikir, karena sesungguhnya kikir itu membinasakan orang-orang sebelum kalian. Juga mendorong mereka mengalirkan darah mereka sendiri, dan menghalalkan kehormatan mereka,” (HR. Muslim)
Ada beberapa orang dari umat terdahulu yang binasa akibat kekikirannya. Salah satunya adalah Qorun yang hidup pada masa Nabi Musa AS. Ia beserta hartanya akhirnya tenggelam ditelan bumi, karena tidak mau bersedekah dan tidak mau membayar zakat. Sebelum musibah besar yang membinasakannya tersebut, harga diri dan kehormatan Qorun sudah diinjak-injak oleh orang-orang dari kalangannya sendiri yang seharusnya Ia nafkahi. Jadi sikap kikir selain tercela juga mendatangkan musibah.
Sifat pelit atau kikir ini muncul karena suudzon atas rezeki yang dijanjikan Allah SWT. Mereka mengira dengan mudah berbagi kepada orang lain maka hartanya akan habis. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip sedekah, dimana semakin banyak dikeluarkan akan semakin banyak Allah SWT menambahkan.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada hari ketika seorang hamba memasuki waktu pagi kecuali kedua malaikat berdoa. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah berilah kepada orang yang berinfak gantinya.’ Dan malaikat yang satu berdoa, ‘Ya Allah berikan kepada orang yang pelit kehancuran.”‘ (HR. Bukhari- Muslim)
Kikir dalam makna hadist di atas menurut Al-Malla ‘Ali al-Qari adalah orang-orang yang pelit memberikan kebaikan dan harta kepada orang lain. Sementara itu Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan jika kata “hancurkanlah”memiliki makna bahwa harta itu sendiri yang hancur atau pemilik harta tersebut. Maksudnya adalah hilangnya kebaikan karena sibuk dengan yang lainnya. (Alz)