Sering Lupa Nama Orang Baru? Ini Penyebabnya

  • Selasa, 30 April 2019 - 02:09 WIB
  • Lifestyle
Ilustrasi

 

Ilustrasi

MANAberita.com – KITA mungkin pernah lupa mengingat nama setelah baru saja berkenalan dengan seseorang. Hal itu memang wajar. Tapi, jika kelupaan pada sesuatu yang baru saja ditangkap atau dilakukan, itu bisa jadi pertanda demensia atau penyakit kepikunan.

Pernyataan ini diungkapkan oleh dr. Yuda Turana, Sp.S, Pakar Neurologi dan Advisor Alzheimer Indonesia. Ia mengatakan bahwa gejala lupa pada ingatan atau kegiatan yang baru tidak boleh disepelekan karena merupakan gejala awal demensia alzheimer.

Baca Juga:
6 Jenis Pengorbanan yang Tidak Perlu Dilakukan untuk Pasangan

“Demensia alzheimer itu diawali dengan gejala lupa pada memori baru. Misal, ‘tadi udah makan belum ya?’ ternyata udah, atau seperti lupa nama setelah baru saja kenalan. Demensia alzheimer ini penyakit kepikunan yang lebih dulu mengganggu memori baru, kalau sudah lama baru memori lama yang terganggu,” kata dr. Yuda, mengutip winnetnews.com.

Ia menjelaskan lebih lanjut, demensia alzheimer umumnya menyerang orang tua atau lansia. Tapi, masalah ini bisa menurun pada mereka yang lebih muda. Faktornya beragam, mulai dari gaya hidup tidak sehat sampai kecenderungan memendam perasaan dan pembatasan komunikasi langsung akibat penggunaan gadget.

“Gaya hidup yang memicu penyakit kepikunan ini bisa karena gaya hidup tidak sehat, seperti kolesterol tinggi, tidur kurang, stres. Hal penting lainnya adalah kecenderungan untuk memendam masalah sendiri. Penggunaan gadget juga menjadi fokus saat ini, karena membuat orang jadi antisosial,” tuturnya.

Baca Juga:
Lagi Sedih? Buah-buahan Ini Cocok Buat Menaikkan Mood

Pada demensia alzheimer, sistem kognitif dan perilaku otak akan terdampak akibat kerusakan sel-sel di bagian tersebut. Gangguan kognitif, yang diserang terlebih dulu, akan membuat penderitanya kehilangan kemapuan mengigat, menulis, dan membaca. Lama kelamaan, gangguan perilaku akan terjadi, yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang cepat, halusinasi, dan kecenderungan depresi.

“Kebiasaan lupa itu sayangnya masih sering dianggap maklum. Seringnya orang baru komplain saat sudah menjadi gangguan perilaku, seperi sering ngamuk-ngamuk dan mengganggu orang lain. Makanya jangan maklum pada pikun. Menghindari faktor risikonya dan deteksi dini bisa menghindari atau meningkatkan kualitas mereka yang sudah menunjukkan gejala,” pesannya. (Ila)

(Sumber: winnetnews.com)

Komentar

Terbaru