MANAberita.com — WISATA Pendestrian Sudirman yang hanya ada pada malam Sabtu dan Minggu ini memang menjadi primadona warga Palembang dan memiliki banyak peminat. Berbagai pertunjukan ditampilkan disana, seperti musik serta tarian modern dan tradisional, ondel-ondel, serta komunitas pencinta reptil, Sabtu (07/10) malam.
Diantara banyaknya pertunjukan, ada satu yang luput dari perhatian pengunjung. Pria tua bernama Sangkut itu tetap memainkan musiknya meski tidak ada satupun yang tertarik untuk menonton.
‘Lestarikan Seni Budaya Sumatera Selatan, Tembang Batanghari Sembilan’ tulisan itulah yang menarik Manaberita.com untuk mendekatinya.
Sangkut mengaku jatuh cinta pada musik sejak usianya 10 tahun. Dirinya yang juga menggantungkan hidupnya sebagai pengamen di wilayah 16 ilir.
Ketika ditanya tentang sepinya penonton, warga asal 2 Ilir ini mengatakan jika tidak peduli dan tidak menyurutkan semangatnya untuk melestarikan kesenian khas Sumatera Selatan ini.
“masa bodo ya, tidak peduli biarlah kalau ada orang tidak menyukai kesenian ini, saya hanya melestarikan biar anak muda zaman sekarang mengenal musik Tembang Batanghari Sembilan,” ujar Sangkut sembari tersenyum.
Mantan pekerja pabrik ini mengaku awalnya sedih karena remaja sekarang lebih menyukai musik modern.
“Sempat sedih karena anak muda sekarang menganggap jika Tembang Batanghari Sembilan itu kuno dan membosankan. Dan sampai saat ini belum ada kalangan kawula muda yang tertarik untuk belajar melestarikannya,” imbuhnya.
Sangkut juga mengatakan kesenian ini sudah melekat pada jiwanya.
“Saya ini sudah tua, mau dagang sudah tidak kuat lagi, daripada menyusahkan anak-anak yang sudah berkeluarga lebih baik saya mengamen. Sekalian menyalurkan kecintaan saya pada musik daerah,” Tambahnya dengan raut kesedihan.
Ayah dari empat orang anak berharap jika ada yang mewarisi kesenian ini dan jangan sampai hilang karena kan hanya segelintir orang yang bisa memainkan kesenian ini.
“Kalau ada yang mau belajar dengan senang hati akan saya ajarkan,” Tutupnya.
Batang Hari Sembilan adalah istilah untuk irama musik dengan petikan gitar tunggal yang berkembang di Wilayah Sumatera Bagian Selatan. Dalam pengertian yang lebih luas, Batang Hari Sembilan adalah kebudayaan yang berbasis pada sungai. Kebudayaan ini adalah kebudayaan agraris yang selaras dengan alam. (Dil)