Ganjar di Wadas dan Tiket Capres 2024, Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Menganggap Wajar Sikap Ganjar

  • Jum'at, 11 Februari 2022 - 14:12 WIB
  • Nasional

Manaberita.com – DI TENGAH insiden dugaan tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah membuat nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi sosok yang paling banyak disinggung.

Nama Ganjar paling banyak disebutkan di cuitan di Twitter di tengah tagar #WadasMelawan. Hal tersebut berdasrkan data data Drone Emprit and Media Kernels Indonesia

Diketahui Ganjar telah mendatangi Desa Wadas dan menyampaikan sejumlah pernyataan ,ia meminta maaf jika ada tindakan represif aparat kepada warga Desa Wadas.

Akan tetapi sikap Ganjar masih dianggap lebih pro terhadap pembangunan yang digagas pemerintah pusat ketimbang warganya di Desa Wadas. Pasalnya, proyek tambang andesit sebagai penunjang pembangunan Bendungan Bener masih terus dilanjutkan di sana.

Melansir dari CNN Indonesia, Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo menganggap wajar jika sikap Ganjar masih cenderung condong kepada pemerintah pusat.

Menurutnya, Ganjar bisa mendekati Jokowi atau elite PDIP yang berkepentingan di balik proyek Bendungan Bener demi mendapatkan tiket sebagai calon presiden di 2024.

“Langkah ini strategis karena Ganjar belum dapat tiket, jadi mau tidak mau harus mendekati elite PDIP dan Jokowi yang punya kepentingan terhadap proyek ini,” ujar Kunto, Kamis (10/2).

Baca Juga:
Beri Kode keras! Sinyal Reshuffle dan Tanda Peringatan Jokowi Sambut Deklarasi Anies

“Jadi ketika dia memposisikan jadi bumper sehingga buka peluang dia dicalonkan atau dijagokan Jokowi ketika jadi king maker 2024,” imbuhnya.

Menurut Kunto, Ganjar tidak mungkin mengambil posisi frontal bertentangan dengan pemerintah pusat pemilik proyek Bendungan Bener.

Kunto menganggap, jika Ganjar mengambil sikap pro warga Desa Wadas demi meningkatkan popularitas dan elektabilitas, akan percuma bila akhirnya tidak mendapatkan tiket Pilpres 2024 dari PDIP.

Isu HAM Terlalu Eksklusif

Baca Juga:
Protes Telah Mengguncang Israel Selama Berbulan-bulan, Apa Penyebabnya?

Selain itu, Kunto memandang, isu lingkungan hidup hingga HAM sulit dimanfaatkan untuk meningkatkan elektabilitas karena hanya menjangkau masyarakat berpendidikan dan punya kesadaran politik tinggi.

“Sementara masyarakat kita kebanyakan kesadaran politik rendah, tidak tahu isu. Lalu, 2024 itu ada presidential threshold, kalau popularitas dan elektabilitas besar tapi enggak ada partai mau mencalonkan dia ya wassalam. Jadi dia harus meniti di benang yang sangat halus,” kata Direktur Eksekutif KedaiKOPI itu.

Senada, Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai peristiwa yang terjadi di Desa Wadas hanya menjadi konsumsi elite dan kelompok tertentu saja.

Menurutnya, isu-isu seperti peristiwa di Desa Wadas sulit dikapitalisasi untuk meningkatkan elektabilitas seseorang sebagai capres. Dengan kata lain, tidak menjanjikan.

Baca Juga:
Legislatif Kentucky Mengesampingkan Veto Gubernur, Ada Apa?

“Soal wadas ini hanya konsumsi elite, kelompok tertentu yang peduli isu HAM dan lingkungan dan mereka yang day to day terlibat persoalan politik. Di luar itu tidak paham,” kata Adi.

Adi yakin publik hanya akan melihat Ganjar di peristiwa Desa Wadas sebagai seorang kepala daerah biasa. Menurutnya, tidak akan ada dampak elektoral signifikan dari langkah apapun yang dilakukan Ganjar dalam peristiwa di Desa Wadas.

“Orang melihatnya peran Ganjar di kasus Wadas ialah peran biasa kepala daerah tidak ada plus minus untuk elektoral. Ganjar kan terbiasa melakukan dialog dengan masyarakat secara langsung,” katanya.

[rik]

Komentar

Terbaru