Manaberita.com -MUHAMMAD Shamsi Ali, Imam Islamic Center of New York, ikut menanggapi terkait pernyataan yang di lontarkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas yang membandingkan pembatasan suara toa masjid ataupun musala dengan gonggongan anjing.
Imam Shamsi mengatakan, semoga hal tersebut hanya terjadi keslahan komunikasih saja atau salah memberi contoh saja.
“Gus Menteri, semoga saja ini kesalahan komunikasi saja, atau salah memberi contoh saja. Tapi suara azan dan sholawat dicontohkan dengan suara anjing, walaupun tidak bermaksud menyamakan, adalah blunder komunikasi,” ujar Imam Shamsi dikutip dari akun instagram pribadinya, Kamis (24/2/2022).
Melansir dari Rakyatku.com, Lanjut Imam Shamsi mengatakan seharusnya pejabat itu mampu mengkomunikasikan setiap masalah secara benar dan proporsional. Ingat, hal-hal yang terkait dengan agama itu sensitif.
“Apalagi dalam situasi yang penuh fitnah. Suara azan dan sholawat itu indah bagi yang punya Iman, dan dalam maknanya bagi yang punya otak,” ucap Imam Shamsi.
Ia juga mengatakan bahwa suara azan dan sholawat tak pantas dicontohkan dengan suara anjing.
“Suara azan dan sholawat itu indah & penuh makna. Tidak pantas dicontohkan suara anjing,” tuturnya.
Imam Shamsi juga menekankan bahwa
hal seperti suara dari rumah ibadah, apapun itu termasuk lonceng gereja, tidak perlu diatur.
Yang bisa dilakukan adalah ajarkan agar jemaah masing-masing agama saling memahami dan menghormati.
Di situlah makna dialog antar pemeluk agama. Dalam konteks masyarakat ragam ini penting.
“Pernahkan diadakan poling, berapa di sekitar masjid yang protes dan berapa yang justru mengapresiasi? kalau alasan “jangan-jangan” terganggu, akan jadi masalah bagi semua agama. Karena ketika ada gereja dekat rumah saya misalnya, boleh jadi saya merasa terganggu,” ucap Imam Shamsi.
Imam Shamsi juga mengatakan bahwa kita sering mengkampanyekan kata toleransi dalam hal-hal inilah semua pemeluk agama belajar toleran.
Memahami bahwa pemeluk agama lain ada kegiatan agama, dan ketika anda ada di sekitar situ pastinya paham dan hormati.
“Saya ingat suatu ketika saya ceramah di Bali. Pas ceramah ada mobil keiling-keliling dan lama depan masjid membacakan mantra-mantra Hindu. Warga Muslim tahu itu tradisi teman-teman Hindu. Maka diterima sebagai bagian dari kehidupan masyarakat,” ujar Imam Shamsi
“Jadi sebenarnya masalah suara azan tidak sensitif dan mengganggu. Tapi disensitifkan dan dianggap mengganggu. Itulah sebenarnya yang akan menjadi drama panjang, bahkan antar pemeluk agama,” jelasnya.
Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, membandingkan toa masjid dan musala dengan gonggongan anjing saat melakukan kunjungan dan pertemuan dengan tokoh agama di Gedung Daerah Balai Serindit, Provinsi Riau, Rabu (23/2/2022).
Yaqut mengatakan penggunaan toa masjid dan musala harus diatur agar tercipta hubungan yang lebih harmonis dalam kehidupan antarumat beragama.
“Kita bayangkan, saya muslim, saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?” kata Yaqut
Ia kemudian membandingkannya dengan gonggongan anjing.
“Contohnya lagi, misalkan tetangga kita kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan,” ucap Yaqut.
[Rik]