Manaberita.com – SAAT ini Badan Geologi Kementerian ESDM telah menaikan status Gunung Anak Krakatau menjadi level 3 atau siaga sejak Minggu (24/4) kemarin pukul 18.00 WIB.
Melansir dari detikcom, Badan Geologi pun meminta agar warga tak mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah aktif.
“Rekomendasi yang disampaikan adalah tidak dibolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, dalam jumpa pers virtual, Senin (25/4/2022).
Hendra meminta warga untuk tetap tenang. Warga diminta untuk terus memperbarui informasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi dan pemerintah.
“Jadi masyarakat yang tinggal di luar radius 5 kilometer agar tetap tenang, tidak panik dan selalu update informasi kebencanaan ini dari info resmi dari aplikasi Magma Indonesia maupun dari portal PVMBG,” katanya.
Hendra mengatakan Badan Geologi terus berkoordinasi dengan BNPB hingga BMKG mengenai potensi dampak kebencanaan dari aktivitas Gunung Anak Krakatau ini. Salah satu yang diantisipasi adalah potensi longsor dari tubuh gunung.
“Badan geologi terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, dan BMKG ini, karena terdapat bahaya potensi sekunder dari aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau ini adalah bahwa longsor dari tubuh Anak Krakatau seperti 2018,” katanya.
“Tetapi mengingat kondisi tubuh gunungnya masih kecil, potensi kita harapkan masih kecil. Kita akan melakukan evaluasi tubuh Gunung Anak Krakatau ini terutama terkait bahaya sekunder tersebut dengan menggabungkan pengamatan baik secara gunung api maupun gerakan tanah,” imbuhnya.
Jumpa pers virtual Badan Geologi soal Gunung Anak Krakatau (Foto: Tangkapan layar)
Tinggi Kolom Abu
Lebih lanjut, Hendra mengatakan berdasarkan pemantauan visual, embusan abu Gunung Anak Krakatau telah terpantau sejak 15 April lalu. Kolom abu tertinggi terjadi sejak 3 hari yang lalu.
“Jadi betul memang sejak 15 April terutama ini secara visual sudah terekam baik itu embusan asap maupun tinggi erupsi kolom yang bervariasi dari 1.000 sampai 2.000 meter dari muka air laut malahan 3 hari terakhir sudah mencapai 3.000 meter,” katanya.
Hendra lalu menjabarkan mengenai aktivitas kegempaan di Gunung Anak Krakatau ini. Dia menyebut aktivitas kegempaan meningkat sejak Februari.
“Kalau kita liat data kegempaan sejak Januari 2022 sampai 24 April, dapat terlihat bahwa terdapat peningkatan jumlah vulkanik dalam dari bulan Februari kemudian berulang meningkat lagi tanggal 15 April. Dan kondisi meningkatnya kegempaan gempa vulkanik dalam ini diikuti juga oleh tremornya menerus yang amplitudo tremornya semakin hari semakin meningkat. Jadi ini memang sudah ada kecocokan antara secara visual maupun secara kegempaan,” jelasnya.
Sementara itu, Hendra menjabarkan kondisi tekanan di dalam Gunung Anak Krakatu mulai terekam intensif sejak 21 April lalu. Hal itu, kata dia, juga menyebabkan kolom abu meningkat.
“Ketika kita lihat bagaimana kondisi tekanan yang ada di dalam tubuh Gunung Anak Krakatau ini mulai terekam intensif sejak tanggal 21 April, jadi sekitar 4 hari yang lalu, dan ini artinya berkorelasi dengan meningkatnya tinggi kolom abu yang menjadi 3.000 meter dari muka air laut,” jelasnya.
Gas SO2 Capai 9.000 Ton Per Hari
Selain itu, Hendra menjelaskan emisi gas sulfur dioksida (SO2) juga meningkat sejak 15 April lalu. Tertinggi, kata dia, gas SO2 mencapai 9.000 to per hari pada tanggal 23 April.
“Kalau kita liat dari pemantauan emisi gas SO2 ini terjadi peningkatan juga di mana pada 15 April fluks gas SO2 yang dikeluarkan itu sekitar 68 ton per hari. Kemudian tanggal 17 April meningkat menjadi 181 ton per hari. Dan terakhir tanggal 23 April melonjak drastis menjadi 9.000 ton per hari,” paparnya.
“Melihat kondisi seperti ini dari hasil evaluasi dari semua aspek terhadap kebencanaan yang mungkin diakibatkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau ini ada kecenderungan akan meningkat, kita tidak pernah bisa memprediksi kondisi gunung, tapi yang kita lihat pola kecenderungan meningkat, itu yang menjadi dasar,” tambahnya.
(Rik)