MANAberita.com – SEBANYAK 440 calon Taruna dan Taruna Akpol dan Taruna (Catar) mengikuti Ujian Panitia Pusat Akpol tingkat akhir di Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Terdiri dari 385 laki-laki dan 440 perempuan.
“Ada 440 catar yang mengikuti tes di tingkat pusat. 55 di antaranya calon taruni,” kata Kepala Biro Pengendalian Personel (Kabag Dalpers) SSDM Polri Brigjen Nurworo Danang di Gedung Serbaguna Akpol, Senin (10/7/2023).
Mengutip Detikcom, Danang mengatakan, 440 warga Qatar itu berasal dari 34 Polda di seluruh Indonesia. SSDM Direktorat Pusat Polri melakukan berbagai pemeriksaan mulai dari asesmen administratif, kesehatan, mental dan ideologis, wawancara psikologis dan pelacakan kepribadian mental hingga tes akademik, tes fisik dan antropometri.
“Proses seleksi di tingkat panpus 19 hari, mulai 6 sampai 24 Juli. Nanti ada dua kali pemulangan catar,” jelas Danang.
Pemulangan pertama adalah untuk warga Qatar yang gagal dalam penilaian administrasi, kesehatan, spiritual dan ideologis, wawancara psikologis dan penilaian kepribadian spiritual.
“Itu tanggal 15 Juli,” imbuh Danang.
Catar yang lolos ke tahap berikutnya atau dianggap memenuhi syarat akan menjalani uji akademik dan serangkaian tes akhir. Pengumuman mereka lolos atau tidak dalam seleksi taruna Akpol diumumkan pada 24 Juli mendatang.
“Kemudian pemulangan kedua pada 24 Juli,” jelas Danang.
Sebelumnya Asisten Kapolri Bidang SDM (As SDM) Irjen Dedi Prasetyo dalam keterangannya, Selasa (18/4), menerangkan jumlah calon taruna Akpol yang lolos verifikasi sebanyak 5.405 orang. Sedangkan calon taruni 500 orang.
Untuk diketahui, Polri menyatakan komitmen menggandeng sebanyak-banyaknya pengawas eksternal untuk memastikan proses rekrutmen berjalan dengan prinsip bersih, transparan, akuntabel dan humanis (BETAH), serta clean and clear.
Irjen Dedi juga meluncurkan hotline pengaduan masyarakat (dumas) rekrutmen Polri.
“Rekrutmen terpadu Tahun Anggaran 2023 ini baru pertama kali melibatkan media massa sebagai kontrol pengawasan rekrutmen Polri. Saya juga menggandeng IPB untuk mengawal proses rekrutmen di tingkat pusat. Saya perintahkan Karo Psikologi berkomunikasi dengan Himpsi, minimal harus bisa memiliki cara mendeteksi dini potensi-potensi calon anggota apabila nanti dia lulus, dia tidak berperilaku menyimpang baik bunuh diri, dan perilaku lainnya yang disorot sehingga menjadi isu ‘no viral no justice’, ‘percuma lapor polisi’, ‘satu hari satu oknum’, dan lain-lain,” sambung Dedi.
Dedi meminta semua panitia penerimaan anggota Polri, baik di tingkat mabes, polda, maupun polres, melakukan tahapan-tahapan rekrutmen anggota baru dengan tulus. Dia menegaskan kualitas anggota-anggota Polri yang direkrut saat ini menentukan kualitas kinerja Polri ke depan.
(sas)