Turki Disebut Ingin Keluar dari NATO, Ini Dia Alasannya

MANAberita.com – NEGARA Turki menjadi sorotan setelah pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan disebut berencana keluar dari Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) dalam enam bulan.

Wakil Ketua Partai Tanah Air Turki, Ethem Sancak, mengungkapkan perkembangan relasi antara Turki-NATO dan Turki dengan sejumlah negara Eropa menjadi alasan Ankara mempertimbangkan hal tersebut. Padahal, Turki telah menjadi negara anggota aliansi pertahanan terbesar di dunia sejak 1952.

“Akhir-akhir ini, Anda semua bisa melihat kampanye anti Al Quran di Swedia dan Belanda,” ujar Sancak pada Rabu (25/1), dikutip kantor berita Rusia, TASS.

Sancak juga menuding NATO sempat berupaya membuat Turki terperangkap dalam peperangan di Timur Tengah. Pernyataan ini merujuk pada perang sipil di Suriah.

Selain itu, ia menuduh NATO mencoba mengadu domba antara Turki dengan Yunani.

Baca Juga:
Pilu! Tetangga Menolak Menguburkan Karena Miskin, Remaja ini Bawa Jasad Ibunya Pakai Sepeda

“NATO memaksa kami bertindak melalui provokasi-provokasinya. Mereka [NATO] mencoba mengadu domba kami dengan negara tetangga kami, Yunani,” ungkap Sanca lagi.

Ia lalu mengatakan, “Perkembangan-perkembangan ini mendorong kami mengambil langkah-langkah seperti ini [berencana keluar dari NATO].”

Turki telah menjadi anggota NATO selama 71 tahun. Namun, belakangan ini sentimen terhadap NATO memang meningkat di Turki.

Pada 19 Januari, Partai Patriotik Turki mendesak pemerintah Recep Tayyip Erdogan meninggalkan aliansi militer tersebut.

Baca Juga:
Ibu Asyik Main Ponsel, Balita ini Masuk ke Kolong Kereta Api

Kelompok anti-Amerika di Turki juga berkali-kali meminta pemerintah menutup pangkalan militer AS di sana. Selain itu, mereka mendesak pembatalan kontrak pembelian jet F-16, dan meminta Turki menarik diri dari NATO.

Kabar Turki berencana angkat kaki dari NATO juga muncul usai Ankara menjadi perbincangan publik gara-gara menolak Swedia dan Finlandia masuk aliansi itu.

Erdogan menolak dua negara Nordik itu masuk NATO karena menganggap Swedia dan Finlandia masih mendukung kelompok yang masuk dalam daftar teroris versi Ankara seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Orang nomor satu di Turki bahkan menuntut Swedia dan Finlandia merepatriasi aktivis PKK jika ingin mendapat restu Turki untuk masuk NATO.

Baca Juga:
Kepala FBI Mengatakan Bahwa China Berusaha Untuk Mencegah Sanksi Jika Terjadi Bentrokan Dengan Taiwan

Penolakan itu semakin menggema usai politikus Swedia membakar Al Quran saat aksi di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada Sabtu (25/1).

Usai insiden itu, Erdogan memperingatkan Swedia agar tak berharap mendapat dukungan bergabung dengan NATO.

“Swedia seharusnya tak mengharapkan dukungan kami,” ungkap Erdogan dalam pernyataan resmi pada Sabtu yang dikutip AFP.

(sas)

Komentar

Terbaru