MANAberita.com — WAJAH Markus Misa (30), berdarah-darah dan pelipisnya robek dihajar Kepala Puskesmas Nunkolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, (NTT) Alfian Kase, 29 Juni 2018 lalu.
Peristiwa naas itu dialami Misa saat ia mengantar istrinya, Antonia Nomleni, untuk memeriksakan kehamilan di Puskesmas Nunkolo.
“Penyebabnya sepele. Saya lupa melepas sepatu ketika masuk ke ruang kerja Kepala Puskesmas yang berlantai keramik. Beliau tersinggung lalu marah-marah dan meninju wajah saya sehingga pelipis saya robek hingga mengucur darah,” kisah Misa, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Selasa (17/07) malam.
Bahkan, beberapa perawat dan pegawai di Puskesmas Nunkolo ikut mengeroyok dirinya.
“Saya tidak membalas. Karena mereka banyak orang. Beruntung seorang anggota polisi yang bertugas di Pospol Nunkolo datang melerai dan menyelamatkan saya ke Pospol,” tambah Misa.
Tentang kronologi peristiwa, Misa menuturkan pada tanggal 25 Juni 2018 ia mengantar istrinya ke Puskesmas Nunkolo untuk memeriksakan kehamilan. Jarak dari rumahnya di Desa Saenam ke Puskesmas sekitar 30 kilometer.
Tiba di sana sekitar pukul 11.00 wita. Saat hendak ke loket pendaftaran, ia dan istrinya ditolak dan disuruh pulang oleh salah seorang perawat. Alasannya loket sudah ditutup.
“Saya bilang belum jam pulang kantor, kenapa loket sudah ditutup? Tapi sang perawat menjawab dengan nada tinggi supaya saya dan istri datang besok. Wajahnya tidak bersahabat. Saya pikir mungkin mereka sudah capek, jadi saya dan istri mengalah dan pulang kembali ke desa,” jelas Misa.
Tanggal 29 Juni 2018, Misa dan istrinya baru kembali ke Puskesmas Nunkolo. Ia dan istrinya tiba lebih awal, yaitu sekitar pukul 09.00 wita pagi. Lagi-lagi sang perawat yang bertugas di loket pendaftaran menolak dan menyuruh mereka pulang.
“Saya lihat di Puskesmas sepi. Para perawat asyik bermain hape (ponsel, Red). Saya memohon kalau boleh kami dilayani karena sudah dua kali datang. Apalagi jarak dari rumah ke Puskesmas sangat jauh dan hari masih pagi atau belum jam pulang kantor,” tutur Misa.
Lagi-lagi petugas membentak ia dan istrinya lalu mengusir mereka pulang.
Saat meninggalkan gedung Puskesmas Nunkolo, kira-kira 10 meter di halaman, petugas tadi memanggil ia dan istrinya kembali. Katanya Kepala Puskesmas hendak bertemu dengan dirinya.
“Saya masuk ke ruang kerja Kepala Puskesmas. Saya lupa menanggalkan sepatu. Kepala Puskesmas tersinggung dan marah karena lantai keramik ruang kerjanya jadi kotor karena saya lupa lepas sepatu. Saya meminta maaf seraya melepas sepatu dan membuang ke luar. Tapi ia terus mencaci maki saya. Bahkan bangkit dari kursi dan meninju wajah saya sehingga pelipis robek dan berdarah,” kisah Misa.
Bahkan para perawat dan pegawai lainnya ikut mengeroyok dirinya. Beruntung ada seorang anggota polisi dari Pospol Nunkolo yang kebetulan lewat datang melerai dan mengamankan dirinya ke Pospol.
“Saya sudah membuat visum dan melapor ke Polsek. Namun sampai sekarang belum diproses. Apakah karena kami orang kecil sehingga hak perlindungan hukum kami diabaikan?,” tukasnya retoris.
Kepala Puskesmas Nunkolo, Alfian Kase, yang dikonfirmasi terpisah, membenarkan jika ada keluarga pasien yang kena gebuk dari stafnya.
“Saya tidak pukul keluarga pasien. Yang pukul staf saya dan suami dari salah satu bidan. Dan saya yang melerai,” bantah Kase, lalu menutup telepon genggamnya. (Dil)
(Sumber: Halaman Sembilan)