MANAberita.com — KELUAR darah saat berhubungan intim untuk pertama kali, seringkali dijadikan indikator untuk menentukan perawan atau tidaknya seorang perempuan.
Selaput dara atau dalam bahasa medisnya dikenal sebagai hymen, adalah membran tipis, yang sebenarnya secara biologis tidak berfungsi, namun mempunyai beban kultural dan psikologis yang sangat berat bagi wanita.
Utuh tidaknya selaput ini akan menentukan langgeng tidaknya ikatan perkawinan bagi sebagian orang. Ditambah lagi pemahaman banyak orang mengenai selaput dara yang cenderung berbau mitos ketimbang faktanya. Apa saja yang perlu diketahui tentang selaput darah?
– Tidak Selalu Ditandai Dengan Keluar Darah
Mitos darah di malam pertama sepertinya menjadi ritual sakral yang bisa menentukan tinggi-rendahnya martabat seorang perempuan. Kalau tidak keluar darah berarti sudah tidak perawan, kalau tidak perawan berarti bukan perempuan baik-baik.
Waduh! Padahal faktanya secara medis, robeknya selaput dara tidak harus diikuti dengan keluarnya bercak darah. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya:
– Terlalu rapuh
Bisa jadi selaput dara itu sudah robek sebelumnya karena terlalu rapuh. Beberapa jenis olahraga seperti berkuda, bela diri, bersepeda dan sebagainya bisa menjadi penyebab robeknya selaput dara. Apalagi kalau selaput daranya termasuk jenis yang rapuh.
– Kelewat elastis
Tidak adanya bercak darah di malam pertama mungkin saja disebabkan belum robeknya selaput dara karena sifatnya sangat elastis. Harap diketahui, membran ini sangat fleksibel.
Pada beberapa kasus ditemukan bahwa elastisitas selaput dara memungkinkannya tidak robek pada waktu pertama kali berhubungan seksual. Bahkan ada yang baru koyak setelah wanita tersebut melahirkan!
– Darah tidak banyak
Atau bisa saja sebenarnya keluar bercak darah, tapi karena sangat sedikit sehingga tidak mudah terlihat oleh mata. Banyak orang yang mengira kalau selaput dara robek akan keluar banyak darah. Padahal karena sedemikian tipisnya, selaput dara yang robek tidak selalu menyebabkan keluar darah dalam jumlah banyak.
– Tidak punya selaput dara
Perkembangan teknologi memungkinkan dilakukannya penelitian tentang selaput dara secara mendalam. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan karena dalam penelitian yang dilakukan para seksolog ditemukan beberapa perempuan yang sejak lahir memang tidak memiliki membran ini.
Pada kasus ini, keberadaan selaput dara tidak selalu membuktikan bahwa perempuan belum pernah melakukan hubungan seksual masih teruji kegadisannya. (Alz)