Tak Selalu Tentang Cinta, Film Bollywood ini Memiliki Pesan Moral yang Indah Banget

  • Rabu, 07 November 2018 - 09:00 WIB
  • Lifestyle
Peekay
Peekay

MANAberita.com — INDIA termasuk salah satu negara yang banyak menghasilkan film-film laris di dunia. Tak hanya tarian dan lagu-lagu yang dikemas secara apik, film-film dari negara ini juga sering mengusung tema yang sarat akan pesan moral. Dengan balutan komedi dan drama yang dijamin akan membuat penontonnya ikut terhanyut dalam cerita.

Berikut beberapa film yang bisa kamu jadikan list film selanjutnya, dijamin kamu akan ikut terbawa emosi bersama dengan para tokoh dalam cerita.

1. 3 IDIOTS

Film drama bergenre satire komedi ini memuat kisah mengenai sistem pendidikan Asia yang penuh tekanan. Dibintangi oleh Aamir Khan, film ini menceritakan tentang 3 orang pemuda yang sama-sama bersekolah di sebuah Perguruan Tinggi Teknik terbaik di India. Mereka mendapat julukan “Idiot” dari sang rektor hanya karena Rancho (Aamir Khan) memiliki pandangan berbeda mengenai ilmu pengetahuan dan mesin. Pandangannya begitu maju dan menentang pandangan kuno tentang membuat mesin. Bahwa semuanya tidak hanya berdasarkan textbook.

Film ini mengingatkan kita bahwa masih banyaknya lembaga pendidikan yang menganut paham tersebut, hal itu disebabkan oleh salahnya sistem pengajaran yang hanya menitik beratkan dari nilai ujian bukan atas dasar kreatifitas diri mahasiswa dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran sehingga hanya terfokus melihat peringkat tertinggi berdasarkan nilai untuk mencapai status yang lebih tinggi.

2. Peekay

Tema yang sangat unik dengan penampilan fenomenal Aamir Khan menjadi kunci kesuksesan film ini. Peekay memiliki sebuah plot berat dan sensitif yang dibawakan secara ringan dan menggelitik. Sebenarnya PK itu sendiri tidak menyindir ajaran satu agama tertentu, melainkan misdirection yang dilakukan oleh pemuka agamanya.

Film ini sendiri menceritakan tentang seorang alien humanoid yang disebut PK mendarat di bumi dalam misi penelitian. Disepanjang cerita, kita akan disuguhkan dengan banyak aksi-aksi yang menyentil bidang keagamaan yang mengajarkan kita untuk bertoleransi. Sebuah film yang menyindir sikap manusia terhadap agama dan atribut- atributnya.

Seperti bagaimana seorang pemuka agama salah menginterpertasikan ajaran agama dan diikuti oleh pengikutnya, bagaimana seorang pemuka agama menggunakan ajaran agama demi kepentingan dirinya sendiri, dan bagaimana kita memahami perbedaan tiap agama tanpa harus melabelkan suatu agama tertentu dengan hal- hal yang buruk.

Baca Juga:
India Membuat MI Arena 13.000 Meter Persegi, Apa Fungsi MI Arena?

Terkadang agama seringkali dijadikan alat untuk menguasai. Seperti yang PK bilang its all about ‘fear business’. Rasa takut manusia akan Tuhan dan agama dijadikan alat oleh pihak tertentu (dalam film ini digambarkan sebagai pemuka agama) untuk mencapai tujuan pribadi.

Contohnya si pemuka agama ini yang mengaku dapat meramal dan mendapat perintah Tuhan untuk membangun kuil berhasil membuat pengikutnya menyumbang uang. Kenyataannya, uang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi sang pemuka agama.

3. HITCHKI

Hichki meceritakan tentang seorang wanita yang mengubah kelemahannya yang paling menakutkan menjadi kekuatan terbesarnya dan bahkan mampu membangkitkan kepercayaan diri orang-orang di sekelilingnya. Naina Mathur (Rani Mukerji) adalah penderita Tourette Syndrom yang bercita-cita sebagai seorang guru. Setelah beberapa wawancara dan banyak penolakan, dia mendapatkan pekerjaan impiannya sebagai guru di salah satu sekolah paling elit di Mumbai.

Namun, dia segera menyadari bahwa kelas yang ditugaskan kepadanya terdiri dari siswa pemberontak dan nakal yang berasal dari kalangan ekonomi rendah. Awalnya para murid terus membuat lelucon mengenai penyakit yang dideritanya, namun Naina harus melakukan apapun yang dia bisa untuk memastikan bahwa murid-muridnya membangkitkan kepercayaan diri dan menyadari potensi mereka sebenarnya.

Baca Juga:
Kanada Mengatakan ‘Sangat Mungkin’ Bahwa China Berperan Dalam Penargetan Anggota Parlemen

4. DANGAL

Film yang diperankan dan diproduksi oleh Aamir Khan ini lagi-lagi menjadi film Box Office mengalahkan rekor filmnya terdahulu Peekay (PK). Kisah mengenai seorang ayah yang memiliki keinginan memberikan medali emas untuk negaranya dalam kompetisi gulat internasional. Film ini mengisahkan tentang kisah nyata seorang pegulat amatir, Mahavir Singh Phogat, yang melatih putri-putrinya, Geeta Phogat dan Babita Kumari menjadi pegulat level dunia.

Film ini mengajarkan kita tentang perjuangan seorang warga negara, seorang ayah dan juga seorang pelatih yang bekerja keras untuk memberikan yang terbaik. Pada awalnya, Geeta dan Babita menolak keinginan sang ayah untuk menjadi pegulat karena mengorbankan kedua putrinya untuk menggapai obsesinya meraih medali emas di tingkat Internasional.

Namun pada akhirnya mereka sadar bahwa sang ayah hanya ingin memberikan masa depan yang baik bagi kedua putrinya, bukan seperti anak-anak gadis lainnya. Selalu ada alasan bagi setiap orang jika kita mau melihat dari sudut pandang berbeda dan mencoba saling memahami.

5. BLACK

Baca Juga:
Heboh! Masyarakat Bangkalan Geleng Kepala Lihat Foto Para Remajanya Pamer Bra dan Payudara

Black hadir mencuri hati penonton dengan tanpa warna-warni, tanpa nyanyian dan tanpa tarian khas yang membuat kita sejenak melupakan bahwa film ini adalah sebuah film Bollywood. Black adalah kisah yang penuh melodrama namun tidak membosankan dan sangat menginspirasi yang diadaptasi dari kisah nyata perjuangan sang legendaris Helen Keller si tunarungu, tunanetra dan tunawicara kelahiran Alabama, USA 1880.

Film yang mengusung tema tentang sebuah perjuangan manusia yang terjebak dalam kegelapan ketika suatu konektor yang menghubungkannya dengan dunia luar hilang, dan ia berusaha bisa menemukan setitik cahaya. Kegelapan yang menyelimuti hidup Michelle (Ayesha Kapoor) menjadikannya berperilaku layaknya binatang, karena tidak bisa menangkap dan mengerti ajaran dan perhatian yang diberikan oleh orang tuanya. Kondisi memprihatinkan Michelle membuat sang ibu (S.Patel) mencari seorang guru untuk mendidiknya.

Melalui film ini kita dapat memahami perjuangan orangtua, sang guru dan perjuangan Michelle sendiri untuk menemukan cahaya dalam hidupnya. Bahwa tak ada hal yang tak mungkin di dunia ini. Jika kita mau menerima kekurangan yang kita miliki, maka kita bisa menemukan hal-hal indah lainnya yang telah Tuhan berikan. Usaha keras yang telah kita lakukan, suatu saat akan memberikan hasil yang luar biasa. Seperti saat Michelle akhirnya bisa lulus dari perguruan tinggi seperti cita-citanya dan sang guru.

Film peraih FilmFare Award 2006 serta mendapat banyak perhatian dan pujian dari para kritikus dunia ini wajib di tonton.

“Yang terbaik dan terindah dalam hidup ini tak bisa dilihat atau diraba, tetapi harus dirasakan dengan hati. Manakala kita berusaha sebaik yang kita bisa, kita tak pernah menduga keajaiban apa yang akan terjadi dalam hidup” – Helen Keller

Baca Juga:
Kepergok Telepon Wanita Lain Tengah Malam, Istri Pukul dan Cekik Suami Sampai Mati

6. Taare Zameen Par: Every Child Is Special

Film yang disutradarai oleh Aamir Khan ini menceritakan seorang anak bernama Ishaan Nandkhishore Awasti yang mengalami disleksia sehingga membuatnya tersingkir dari lingkungan dan mendapatkan ejekan, bahkan kekerasan mental dari guru, keluarga, sistem pendidikan, dan sekolah. Ishaan yang duduk di kelas 3 SD ternyata belum bisa membaca dan menulis, sehingga membuat ia tidak naik kelas selama dua tahun berturut-turut. Di sekolah ia mengalami diskriminasi karena ia dianggap tak mampu mengikuti pelajaran seperti murid-murid lainnya.

Ia sering kali dianggap memberontak, padahal kenyataannya ia tak mampu menjelaskan tentang apa yang sebenarnya ia alami dan rasakan. Seperti saat ia ditugaskan untuk membaca oleh gurunya, ia dengan lugu mengatakan bahwa huruf-huruf itu menari. Hal tersebut dianggap penghinaan oleh sang guru, karena ia berpikir Ishaan berusaha menolak perintahnya dengan membuat alasan yanng konyol.

Dalam film tersebut, Aamir Khan dengan jeli menceritakan bahwa pendidikan di India, bahkan di semua belahan dunia, dengan sengaja menyingkirkan perasaan dan kepedulian antarsesama manusia. Pendidikan tidak lebih dari sekadar aturan, kedisiplinan, kepatuhan, dan penyeragaman.

Kekerasan simbol dan mental ini merupakan bentuk dari pengasingan/pengisolasian sistem pendidikan yang menggunakan metode otoriter guna melakukan penyeragaman individu-individu dan menolak setiap keunikan anak-anak.(Dil)

Komentar

Terbaru