MANAberita.com — BERAWAL dari kehidupan di jalanan, delapan anak punk Kediri sering kali terpaksa harus berurusan dengan petugas penegak perda atau Satpol PP. Keberadaanya dianggap telah menggangu ketertiban umum. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang memandang mereka sebelah mata, yang tidak memiliki masa depan cerah.
Dengan dandanan yang tidak lazim, rambut mowhak, kuping ditindik dan segala atribut aksesoris yang melekat pada bajunya, hal inilah yang membuat masyarakat tidak begitu respek terhadap keberadaan mereka.
Bosan dengan kerasnya kehidupan di jalan, mendadak kemudian timbul keinginan dari mereka untuk merubah nasib.Bak gayung bersambut,keinginan mereka tersebut kemudian diakomodir oleh Satpol PP Kota Kediri dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.
Karena keinginanya untuk merubah hidup begitu kuat, ada beberapa pengusaha yang tertarik untuk memberdayakan mereka. Mereka kemudian diajak untuk berwiraswasta berbisnis waralaba. ” Mereka ini sudah lama tidak turun ke jalan. Sejak tahun 2015 mereka dibina. Hari ini, kita berikan mereka peluang usaha. ” Bagus Romadhon Pemilik usaha makanan sosis.
Bagus Romadhon menjelaskan, mereka ini terpaksa mencari uang di jalanan sebagai pengamen karena sejumlah faktor persoalan. Diantaranya karena latar belakang keluarga mereka yang broken Home serta persoalan ekonomi yang dihadapi.
”Mereka akan menerima upah tiap bulan, jika nantinya sukses dan berkembang nanti kita buka cabang lagi. sementara ini dulu.” Ujarnya.
Selama beberapa tahun vakum di jalanan, mereka mengisi kegiatan yang membawa dampak positif di masyarakat. ”Mereka ini juga pernah ikut kegiatan penggalangan dana bantuan bencana beberapa waktu lalu. “
Selain menjual produk makanan dan minuman, mereka juga dilatih untuk menjadi agen pulsa, token listrik dan travel. Teknisnya mereka berjualan mangkal di dua lokasi yakni di Jalan Veteran dan jalan Tem
Terpisah Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Kediri Ali Mukhlis mengingatkan kepada mereka untuk tetap mentaati peraturan meski pun saat ini mereka sudah berwira usaha berjualan di jalan.
”bukan cuma membina saja, mereka juga kita berdayakan. Meski pun mereka berjualan di jalan, tetap harus mentaati Perda dan Perwali yang sudah ada, yang mengatur tentang kegiatan usaha. ” Ujarnya.
Disamping itu, ia berharap nantinya mereka tidak terlalu lama berjualan dijalan dan apabila berhasil ia mengiginkan mereka dapat menyewa tempat sendiri kelak.
“Jika usahanya sukses, mereka bisa kontrak menyewa tempat.” Harapnya. Mereka yang diberdayakan untuk diberi pekerjaan ini pada umumnya masih berusia produktif.
Alenardo (17) mengaku, dirinya sudah berhenti hidup di jalanan sebagai anak Punk sejak dua tahun lalu. Ketika ditanya alasanya, Alenardo menjawab ia ingin hidup bersih dan tidak kotor lagi.
”Kalau dulu kotor pak, ya nggak pernah mandi ngamen gitu. Saya sangat beruntung bisa ikut program ini. ” jawab pemuda yang mengaku putus sekolah sebanyak dua kali ini. Alenardo memiliki keinginan jika nantinya uang hasil gajianya terkumpul tiap bulan, akan ia pergunakan untuk beli Vespa (Dil)
(Sumber: Super Radio)