Nunung
MANAberita.com – KABAR gangguan kesehatan terbaru komedian Tri Retno Prayudati alias Nunung akhirnya terungkap.
Dilansir dari Grid health, Nunung disebut tengah mengalami penyakit diabetes dan gangguan mental yang disebut serangan panik.
Hal itu diketahui, setelah dokter Herny Taruli Tambunan, yang merupakan psikiater dari RSKO Cibubur, tempat di mana Nunung menjalani rehabilitasi menjadi saksi ahli di persidangan.
Menurutnya, saat dibawa ke RSKO Nunung dikatakan telah menderita diabetes dan serangan panik.
“Sebenarnya sebelum datang Mbak Nunung sedang dirawat kurang lebih tiga tahun oleh psikiater di Jakarta didiagnosa kemungkinan Mbak Nunung menderita depresi dan cemas yang disebut serangan panik,” ungkap Herny.
Lebih lanjut, dokter Henry menyebut Nunung masih mengonsumsi obat antidepresi sampai saat ini.
Sebab kondisi serangan panik yang dialami Nunung dikhawatirkan membuatnya kembali mengonsumsi narkoba.
Oleh karena itu, dokter pun melakukan penanganan khusus pada Nunung yakni dengan mengintegrasikan penyakitnya dan juga ketergantungannya pada narkoba.
Diakui Nunung, dirinya sempat bertolak ke Singapura demi mengobati gangguan mental yang dideritanya dalam rentan waktu antara tahun 2015-2016.
“Itu awalnya karena di kepala kekurangan oksigen.Disuntik-suntik, itu kan sudah lama. Terus selama setahun di Singapura, balik. Saya di Indonesia disuruh ke psikiater aja,” ujar Nunung.
Dilihat dari sisi medis, kondisi serangan panik seperti yang dialami Nunung memang perlu penganan yang intensif dan terukur.
Sebab dilansir dari helpguide.org, serangan panik yang tidak tertangani dengan baik, akan membuat kondisi penderita makin memburuk dan menimbulkan sejumlah masalah lain seperti depresi, menjadi anti sosial, atau kecanduan alkohol dan narkoba.
Diketahui serangan panik merupakan kondisi yang tergolong ke dalam gangguan kecemasan yang ditandai dengan terjadinya serangan panik secara tiba-tiba, kapan dan di mana saja, serta dialami berulang-ulang.
Serangan panik sebenarnya merupakan kondisi yang dapat diobati, biasanya dengan strategi self-help atau serangkaian sesi terapi, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi eksposur.
Adapun terapi kognitif dilakukan dengan berfokus pada pengobatan pola dan perilaku berpikir yang memicu serangan panik.
Biasanya dokter atau psikiater akan membantu penderitanya melihat ketakutan yang dialami dengan cara yang lebih realistis.
Sedangkan terapi eksposur, penderita akan dihadapkan langsung pada situasi yang membuatnya tidak nyaman.
Hal ini dapat dilakukan secara bertahap, dengan tingkat eksposur yang berbeda dalam menghadapi kecemasan.
Terapi eksposur dilakukan agar si penderita serangan panik dapat belajar mengenai gangguan yang ia alami.
Penggunaan obat bagi penderita serangan panik dilakukan hanya untuk mengurangi beberapa gejala yang parah saja seperti lemas, pingsan, sesak napas atau kejang.
Selebihnya pengobatan yang paling efektif adalah dengan perawatan terapi. (Dil)