Manaberita.com – VIRAL di media sosial VIDEO seorang guru di Lumajang, Ribut Santoso. Dalam video tersebut, Pak Ribut, sapaan akrabnya berinteraksi dengan muridnya sembari membahas Kaum Sodom dan lesbian. Video tersebut pun viral karena mendapat respons dari warganet.
Ada yang menganggap penjelasan Pak Ribut masih wajar dan tidak bermasalah. Namun ada pula yang menganggap ini hal yang tak patut hingga melaporkannya ke Dispendik Lumajang dan KPAI.
Berikut fakta-fakta video viral Pak Ribut yang dikutip dari detikJatim:
- Konten TikTok Pak Ribut Viral
Video Pak Ribut yang diunggah Senin (21/3/2022) lalu itu berisi tentang interaksi Pak Ribut dengan sejumlah muridnya dan menjelaskan tentang Kaum Sodom dan Lesbi. Di video itu Pak Ribut mengatkan untuk soal itu banyak murid yang salah menjawab. Pak Ribut pun menjelaskan kepada murid-muridnya apa itu Kaum Sodom.
Ada seorang murid bernama April yang menjawab. “Kaum Sodom itu kaum apa?” tanya Ribut dalam video yang dilihat detikJatim (25/3/2022). “Yang laki-laki suka laki-laki itu lho Pak,” jawab April. Lalu di video yang sama Ribut juga menjelaskan orientasi seksual sesama jenis perempuan yang menyukai perempuan. “Kalau perempuan suka sama perempuan namanya apa? Les? Bi,” imbuhnya.
Sementara itu, Ribut juga menanyakan ke muridnya contoh kaum sodom. Sang murid, April, dengan lantang menjawab contoh kaum sodom yakni Pak Ribut ini sendiri. Guru honorer itu pun langsung merespons pernyataan April. Dia menjelaskan jika dia memiliki orientasi seks normal. “Kok bisa Pak Ribut. Pak Ribut ini bukan contohnya Kaum Sodom, Pak Ribut ini contohnya kaum normal, suka perempuan,” imbuhnya.
Video itu ketika diakses detikJatim pada Sabtu (26/3/2022) pukul 17.30 WIB sudah ditonton lebih dari 13,7 juta kali, disukai 4,1 juta akun, dan dikomentari sebanyak lebih dari 40 ribu kali.
- Klarifikasi Pak Ribut
Setelah videonya viral, Pak Ribut mengklarifikasi. Dia mengaku tidak bermaksud membicarakan seksualitas kepada murid-muridnya, melainkan hanya memberikan penjelasan atas pertanyaan muridnya tentang Kaum Sodom yang ada dalam mata pelajaran Agama Islam dan diujikan dalam Penilaian Tengah Semester (PTS) Kelas II.
“Jadi saat itu sedang ujian mata pelajaran Agama Islam. Bu Ita guru agama sedang cuti. Saya yang menggantikan. Sebelum saya mengambil video itu anak-anak tanya, Pak Ribut kaum Sodom itu apa? Otomatis sebagai guru saya menjelaskan. Apalagi anak-anak kelas II itu masih sangat polos. Jadi saya jelaskan kepada mereka secara detail dengan bahasa yang mudah mereka pahami,” ujar Pak Ribut
Ia mengaku tidak bermaksud menjelaskan persoalan seks kepada peserta didiknya. Ia bahkan tidak ingin siswanya melakukan perbuatan yang negatif. Dia hanya menjelaskan tentang materi pelajaran Agama Islam yang mana dalam soal ujian PTS itu siswa diminta menjelaskan tentang Kaum Sodom.
“Saya tidak bermaksud menjelaskan persoalan seks kepada peserta didik, tapi memberikan penjelasan tentang soal ujian PTS yang ditanyakan siswa,” katanya.
- Dispendik Lumajang Angkat Bicara
Buntut viralnya video yang dia buat, Pak Ribut dipanggil oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Agus Salim membenarkan, dia memanggil Ribut Santoso ke Kantor Dispendik Lumajang hanya untuk mengingatkan agar lebih berhati-hati dalam bermedia sosial.
“Saya panggil dalam rangka mengingatkan, mene-mene maneh sing ati-ati (lain kali lebih hati-hati). Jangan gampang mengupload materi yang berpotensi memunculkan masalah. Kalau secara konten saya lihat tidak menyalahi,” katanya
Agus Salim mengaku melakukan pemanggilan terhadap Pak Ribut karena sebelumnya ada pengaduan dari masyarakat tentang potongan video Pak Ribut lalu mempertanyakan apakah memang ada materi pembelajaran seksualitas kepada anak SD?
“Saya sudah melihat utuh yang TikTok itu. Jadi Pak Ribut itu sudah benar mengajarnya, membahas materi yang diujikan tentang Agama Islam. Nabi Luth memang punya kaum yang namanya Kaum Sodom. Ya, benar. Dia (Ribut) tanya apa kaum sodom itu? Lalu dijawab anak-anak. Ketika (video itu) dipotong-potong, akhirnya jadi masalah,” ujar Agus.
- Pihak Sekolah Konten Pak Ribut
Tidak hanya Dispendik Lumajang, Kepala SDN Pagowan 01 Cukup Santoso menyatakan bahwa konten yang dibuat Pak Ribut, yang viral di TikTok, tidak berlebihan atau proporsional.
“Sebelum saya sampaikan dalam rapat pleno saya meminta beberapa teman guru mencarikan buku-buku mata pelajaran yang berkaitan materi video yang viral. Itu pelajaran Agama Islam, ya. Terus saya lihat di beberapa buku, materi itu memang ada untuk Kelas II,” ujarnya
Dia mengatakan, apa yang disampaikan Pak Ribut di dalam video itu wajar karena memang ada di dalam buku materi kelas II. Apalagi menurutnya itu bermula dari pertanyaan siswa. Dia menyadari bahwa keingintahuan siswa kelas II SD memang masih sangat besar.
“Jadi menurut saya itu (Apa yang disampaikan Pak Ribut) tidak berlebihan. Karena di materi itu saya teliti, memang ada penjelasan tentang Kaum Nabi Luth yang kebanyakan perompak, dan juga penyuka sesama jenis. Jadi, penyampaian materi itu oleh Pak Ribut menurut saya juga sudah proporsional,” ujarnya.
- Pak Ribut Guru Honorer Selama 19 Tahun
Sosok Ribut Santoso yang videonya viral di TikTok adalah guru tidak tetap (GTT) yang ternyata sudah mengabdi selama belasan tahun. Pak Ribut adalah guru kelas di SD Negeri Pagowan 01, Pasrujambe, Lumajang. Di sekolah itu dia menjadi seorang pengajar sejak 15 tahun silam. Selama itu juga statusnya sebagai guru tidak tetap tak kunjung berubah.
“Kalau dengan mengajar di sekolah sebelumnya, berarti saya sudah 19 tahun jadi GTT. Mengajar SD ini sesuai dengan jurusan saya dulu. Ijazah saya. Karena saya lulusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar),” ujarnya
Sebelumnya, Ribut mengaku hanya menjadikan media sosial sebagai media promosi untuk usaha sampingannya, yakni usaha persewaan kostum tari. Usahanya itu sepi karena pandemi COVID-19. Karena tidak banyak kegiatan selain mengajar dia pun iseng-iseng mengunggah video bersama siswanya ke media sosial dan ternyata viral.
“Itu juga motivasi saya. Kalau misalkan dari video yang saya unggah itu tiba-tiba viral, kan, bisa buat nambah-nambah rezeki saya sebagai guru GTT. Karena, kan menjadi guru honorer itu gajinya minim banget,” katanya.
(Rik)