Manaberita.com – MENGENAI gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran dalam Perang Korea, yang dikenal sebagai “Hari Kemenangan” di Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan ancaman dari Amerika Serikat menuntut Pyongyang memperkuat pertahanannya. Menurut media pemerintah, “Tentara kami siap untuk menanggapi krisis apa pun, dan pertahanan negara kami terhadap perang nuklir juga setia dan akurat dalam kekuatan absolut mereka untuk misi mereka. Dan siap untuk memobilisasi dengan cepat.” Pidato itu muncul setelah para pejabat di Seoul dan Washington mengatakan Korea Utara siap untuk melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.
Dilansir Aljazeera, Korea Utara kemungkinan akan menghadapi sanksi yang lebih kuat, termasuk langkah-langkah yang bertujuan untuk membatasi kemampuan serangan sibernya jika melanjutkan uji coba, kata menteri luar negeri Korea Selatan pada hari Rabu. Dalam pidatonya, Kim mengatakan Washington melanjutkan “tindakan permusuhan ilegal yang berbahaya” dengan Korea Selatan terhadap negaranya sekitar 70 tahun setelah perang, dan berusaha untuk membenarkan perilakunya dengan “mengutuk” itu. Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, mengatakan pidato Hari Kemenangan dapat dilihat sebagai upaya untuk “meningkatkan kebanggaan nasional” dalam menghadapi keberhasilan pembangunan pasca-gencatan senjata Korea Selatan.
“Retorika Kim menggelembungkan ancaman eksternal untuk membenarkan rezimnya yang fokus secara militer dan berjuang secara ekonomi,” katanya dalam email. “Program nuklir dan rudal Korea Utara melanggar hukum internasional, tetapi Kim mencoba menggambarkan penumpukan senjatanya yang tidak stabil sebagai upaya yang benar untuk membela diri.” Korea Utara telah lama menuduh AS melakukan standar ganda atas kegiatan militer dan mengejar apa yang dikatakannya sebagai “kebijakan bermusuhan” terhadap Pyongyang. Pembicaraan denuklirisasi gagal pada 2019 karena keringanan sanksi. “Tindakan dupleks Amerika Serikat, yang menyesatkan semua tindakan rutin angkatan bersenjata kita sebagai ‘provokasi’ dan ‘ancaman’ sambil mengadakan latihan militer bersama skala besar yang secara serius mengancam keamanan kita, secara harfiah adalah perampokan,” kata Kim. .
“Itu mendorong hubungan bilateral ke titik di mana sulit untuk kembali, menjadi keadaan konflik.” Kim juga mengutuk pemerintahan baru Korea Selatan di bawah Presiden Yoon Suk-yeol, dengan mengatakan setiap upaya untuk melumpuhkan negaranya terlebih dahulu akan mendapat tanggapan keras dan “pemusnahan”. “Saya sekali lagi menjelaskan bahwa Korea Utara sepenuhnya siap untuk setiap konfrontasi militer dengan Amerika Serikat,” kata Kim. Korea Utara telah melakukan sejumlah rekor tes senjata pada tahun 2022. Pada bulan Januari, dikatakan telah menguji rudal hipersonik dan kemudian meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dilarang serta rudal yang dikatakan dapat membawa senjata nuklir taktis.
[Bil]