MANAberita.com — BRIPDA Faturrahman Ismail, yang merupakan seorang bintara yang bertugas di Sabhara, Polda Sulawesi Tenggara, dimana ia tewas setelah diduga dianiaya oleh dua seniornya pada Senin dini hari, 3 September 2018. Sementara kedua orangtua Faturrahman yang tak sempat datang ke rumah sakit untuk menjenguk korban.
Sebab, keluarganya yang berdomisili di Kabupaten Kolaka Utara, dengan jarak sekitar 300 kilometer lebih dari TKP. Disamping itu, jalur menuju lokasi juga merupakan medan yang cukup sulit. “Korban langsung diantar ke Kolaka Utara, menuju rumah duka. Orangtua sudah menunggu di sana,” ujar keluarga korban Yusran Makmur, kala ditemui di RS Bhayangkara.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara yang bersama dengan anggotanya turut mengantarkan secara langsung korban ke rumah duka. Beberapa keluarga yang tampak histeris saat menyingkap kain pembungkus korban di kamar jenazah. Dan saat ini kedua pelaku yang telah ditangkap serta diamankan di Propam Polda Sutra.
Polisi mengungkap sejumlah fakta miris di balik tewasnya Faturrahman itu, berikut ulasannya :
1 Motif Cemburu
Dimana kasus penganiayaan yang dialami oleh Bripda Faturrahman Ismail (20) hingga tewas ternyata bermotif cemburu. Dimana polisi senior Bripda Sulfikar dan Bripda Fislan yang menaruh cemburu kepada korban. Sulfikar yang mengetahui polisi muda tersebut pernah mengajak makan istrinya di suatu tempat.
2 Luka di Jantung dan Perut
Aksi pemukulan tersebut yang tak berani dihentikan rekan-rekan polisi sebab pemukulan dilakukan oleh polisi senior. Lantas pihak kepolisian daerah Sulawesi Tenggara yang langsung melakukan autopsi kepada korban di RS Bhayangkara Kendari. Terdapat luka di jantung yang mengakibatkan dugaan kuat korban mengalami sesak napas dan kejang-kejang.
3 Sempat Pingsan
Ketika dihujani pukulan dari senior, Faturrahman yang langsung sesak napas. Tetapi ketika sesak napas dikira hanya sakit biasa dan tak dipedulikan oleh kedua pelaku. Lantas korban pingsan selama beberapa lama. Ketika diperiksa oleh rekannya, ternyata korban sudah tidak bernyawa. (Dil)