MANAberita.com – WARGA Suriah menceritakan kondisi warga sekitar saat serangan yang menewaskan pemimpin ISIS itu di Suriah, Kamis (3/2) malam.
Melansir CNN Indonesia, Abu Omar, seorang warga Suriah menceritakan kejadian di malam itu, ketika para warga terbangun karena mendengar suara deru helikopter militer. Akibat suara itu, masing-masing dari mereka berkumpul di ruang bawah tanah, gudang, dan kamar tidur.
Tak lama, sebuah suara dengan seruan bahasa Arab menggelegar lewat pengeras suara. Saat itu, pasukan Amerika Serikat memerintahkan penghuni dari salah satu rumah di daerah mereka untuk menyerahkan diri.
“Semua orang akan aman jika Anda menyerah,” kata Abu Omar mengulangi pernyataan saat itu.
Malam itu, kata Abu Omar, Amerika tidak langsung menyerang rumah tersebut, mereka berulang kali meminta para penghuni rumah itu keluar dengan damai.
Belakangan diketahui, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi, pemimpin ISIS, tinggal di sebuah rumah tiga lantai kala serangan itu terjadi. Di rumah itu juga tinggal tiga keluarga.
Al-Quraishi diduga berada di lantai tiga bersama dengan keluarganya. Di lantai itu pula ia meledakkan diri yang sekaligus juga menewaskan istri dan kedua anaknya.
Sementara lantai dua ditinggali oleh seorang letnan ISIS dan keluarganya. Sang letnan, istri, dan satu orang anaknya dikabarkan tewas akibat baku tembak.
Lalu di lantai satu, tinggal sebuah keluarga yang disebutkan tidak terafiliasi dengan kelompok teroris itu. Mereka yang tinggal di lantai tersebut dievakuasi dengan aman oleh pasukan AS.
Seorang warga bernama Abu Muhammad mengatakan keluarganya sangat takut dengan apa yang terjadi malam itu. Mereka bahkan tidak berani untuk sekadar mengintip ke luar jendela.
Mereka kemudian mendengar ketukan keras di pintu rumah. Saat dibuka, pasukan komando Amerika Serikat dan seorang penerjemah bahasa Arab memberitahu mereka bahwa para pasukan tidak akan melukainya. Mereka lantas diarahkan keluar rumah dan bersembunyi di balik gedung lain hingga konfrontasi usai.
Ketika serangan berakhir, 13 mayat ditemukan dari balik puing-puing bangunan. Di antara 13 mayat tersebut, enam merupakan anak-anak. Mereka tewas akibat serangan serta ledakan bom bunuh diri al-Quraishi.
Atas kejadian tersebut, Amerika Serikat memuji serangan udara yang dilakukan para pasukan. AS menganggap tewasnya al-Quraishi sebagai bentuk keberhasilan melumpuhkan terorisme.
Al-Quraishi merupakan pemimpin kelompok teroris itu sejak pemimpin sebelumnya, Abu Bakr al-Baghdadi, tewas meledakkan dirinya dalam serangan serupa oleh pasukan AS.
Al-Quraishi diketahui menyembunyikan diri di Idlib, sebuah daerah miskin yang dipenuhi warga Suriah yang melarikan diri dari kekerasan.
[SAS]