Cerita Korban Selamat Dalam Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

  • Selasa, 15 Februari 2022 - 11:08 WIB
  • Peristiwa

Manaberita.com – RITUAL maut yang digelar minggu (13/2) di Pantai Payangan Kecamatan Ambulu, Jember, Jawa Timur, dini hari memakan belasan korban jiwa.

Hal tersebut dikarenakan mereka terseret ombak Pantai Payangan di Kecamatan Ambulu, Ada sebanyak 24 warga Jember (sebelumnya diberitakan 23 orang).

Mereka merupkan rombongan padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara yang menggelar ritual khusus di kawasan pantai.

Dilansir dari Tribunnews.com, Peristiwa tersebut berawal saat 24 orang berangkat dari Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi untuk menggelar ritual di area Pantai Payangan dan Watu Ulo.

Warga yang ikut ritual berasal dari berbagai kecamatan di Jember, dan tergabung dalam padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara.

Mereka tiba di kawasan pantai pada Sabtu (12/2) pukul 23.30 WIB. Rombongan kemudian mempersiapkan diri untuk melakukan ritual bersama di pinggir pantai.

Menurut Kapolsek Ambulu AKP Makruf, petugas pantai sudah memperingatkan warga agar tidak melakukan kegiatan di sekitar pantai karena ombak sedang tinggi.

Imbauan tak diindahkan, Minggu tengah malam sekitar pukul 00.25 WIB, 24 orang yang mengikuti ritual tersebut dihantam ombak.

Akhirnya, warga meminta bantuan pihak kepolisian untuk menyelamatkan mereka. Petugas kepolisian juga berkoordinasi dengan tim SAR hingga TNI untuk membantu korban.

Data sementara menyebutkan, ada 15 orang yang tersapu, namun tiga di antaranya selamat. Kemudian 11 orang sudah ditemukan dalam kondisi meninggal. Sedangkan satu orang masih dalam proses pencarian.

Bayu, seorang korban selamat dari kecelakaan laut di Pantai Payangan yang menewaskan 11 warga Jember, Jawa Timur, menceritakan ritual yang dilakukan oleh rombongan berjumlah 24 orang tersebut.

Bayu menjelaskan, mereka datang untuk melakukan ritual berupa meditasi di tepi Pantai Payangan, Jember.

“Meditasi,”kata Bayu.

Menurutnya, mereka melakukan meditasi di pinggir laut. Namun, saat itu tiba-tiba ombak besar datang dan menyeret rekannya.

Baca Juga:
Gempa Bumi Menyerang Lepas Pantai Iran, Tidak Ada Kerusakan Yang Dilaporkan

“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari saya menghindari ombak kedua,”kata Bayu.

Ombak tersebut kemudian menyeret belasan orang dan 11 orang di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Kesepuluh jenazah tersebut sudah tiba di Puskesmas Ambulu, Jember, untuk proses identifikasi dan pendataan.

Berdasarkan pantauan dan informasi yang diterima, sejumlah keluarga sudah datang menjemput

namun belum bisa dibawa pulang karena masih proses identifikasi berikut pendataan.

Baca Juga:
Keluarga Korban Keroyok Terdakwa : Mereka Bunuh Ayah Saya Sampai Berulat, Cuma Dituntut 15 Tahun!!!

Bergandengan Tangan

Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo menjelaskan lokasi kejadian memang kerap dijadikan lokasi ritual.

Saat musibah terjadi para peserta saling bergandengan tangan dan berdiri di pinggir pantai.

“Lalu ada ombak besar yang datang sehingga mereka terseret semua ke arah laut,” katanya.

Dikatakan Hery, saat malam kejadian, ombak di Pantai Payangan memang sedang tinggi.

Baca Juga:
Gempa Sumur Banten, Goyang Jakarta Potensi Tsunami

“Memang situasi ombak tadi malam cukup tinggi. Biasanya pukul 01.00 dini itu situasi laut sedang pasang,”ujarnya.

Jumlah total korban meninggal dunia yang terseret ombak Pantai Payangan saat melakukan ritual sebanyak 11 orang. Satu di antaranya merupakan anggota polisi asal Kabupaten Bondowoso.

“Semua sudah ditemukan, jumlah total korban meninggal dunia ada 11 orang,” kata Kasat Polairud Polres Jember, AKP M Nai.

Dia mengatakan, awalnya ada 10 orang yang ditemukan oleh para tim gabungan yang mencari korban.

Terakhir, ada satu orang yang baru ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Korban diketahui bernama Syaiful, warga Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.

Baca Juga:
Sedih, Ibu Di Meksiko Cari Anak Yang Hilang, Ternyata Dibunuh

“Lokasi penemuan tidak jauh dengan yang 10 orang, sekitar 10 meter dari tempat ritual,” ujarnya.

Kapolsek Ambulu, AKP Makruf, menjelaskan petugas pantai sudah mengimbau warga untuk tidak melakukan ritual di tepi pantai karena sedang musim ombak tinggi.

Namun, puluhan warga tersebut bersikukuh dan tetap menggelar ritual.

“Namun, rombongan itu tetap ke pantai untuk ritual,” jelasnya.

[rik]

Komentar

Terbaru