Manaberita.com – PASUKAN Rusia di Ukraina menghadapi perlawanan yang lebih keras dari yang diperkirakan sebelumnya.
Menggapi hal itu Kremlin enggan untuk berkomentar mengenai rincian operasi militer dan sementara itu Kementerian Pertahanan Rusia bersikeras serangan mereka telah berhasil.
Melansir dari Tribunnews.com, Seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS), mengatakan ada indikasi dalam 24 jam terakhir Moskow merasa frustrasi karena progres yang lambat akibat pertahanan Ukraina yang ternyata kuat.
Juga, kegagalan Rusia untuk mendominasi udara sepenuhnya. Kementerian Pertahanan Inggris mencuitkan, kemajuan militer Rusia terhenti.
laporan menyebut pasukan Rusia di sejumlah wilayah kehabisan bahan bakar.
Institute for the Study of War mencatat perlawanan Ukraina tetap sangat efektif, meski Rusia lebih unggul dalam hal daya tembak.
“Sebenarnya, para jenderal Pentagon percaya, dalam 72 jam, perlawanan terorganisir Ukraina akan runtuh dan kemudian mungkin menjadi perang gerilya.”
“Jadi mereka menyediakan senjata yang sebenarnya, sebelum perang pecah, sudah dapat digunakan oleh gerilyawan, seperti roket peluncur dari bahu, tombak, dan senjata anti-tank lainnya,” kata Pavel Felgenhauer, analis pertahanan yang berbasis di Moskow, pada DW.
Analis mengatakan, kepemimpinan militer Rusia terkejut dengan kurangnya dampak mereka pada serangan udara.
“Pasukan Rusia mengalami kesulitan menekan pertahanan udara dan kedirgantaraan Ukraina, juga pasukan Ukraina,” ujar Mathieu Boulegue, seorang peneliti di Program Rusia dan Eurasia di Chatham House, pada DW.
Pentagon percaya saat ini Rusia telah memindahkan setidaknya 50 persen pasukan ke Ukraina, dari sekitar 150 ribu tentara yang dikumpulkan di perbatasan.
Bukan hanya tentara reguler yang membuat terobosan melawan pasukan Rusia, tetapi juga sukarelawan yang telah membentuk milisi dan mempersenjatai diri dengan bom molotov buatan sendiri.
Mereka memasang penghalang jalan dan menghapus rambu-rambu jalan untuk membingungkan pasukan Rusia.
Sebagian besar analis memperkirakan, fase perang saat ini hanyalah tahap pertama dari taktik multi-cabang, dan bahwa militer Rusia sekarang akan memperluas serangan.
“Mereka mulai dengan semacam perang hibrida yang diharapkan semua orang. Maksud saya Pasukan Khusus, penerjun payung, yang bukan hal klasik yang dikuasai militer Rusia.”
“Ini bukan cara pertempuran di Suriah, di mana mereka membebaskan kota-kota Suriah, mengubahnya menjadi tumpukan puing.”
“Sekarang kemungkinan besar mereka akan lebih serius, lebih bergaya Rusia, dan lebih agresif dalam menggunakan persenjataan berat,” terang Felgenhauer.
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah bereaksi terhadap serangan militer yang terhenti.
Masih mengutip DW, ia telah menempatkan pasukan pencegah nuklir di Rusia dalam siaga tinggi.
Selain terkait serangan, aksi Putin ini dilakukan lantaran buntut dari pernyataan agresif pejabat tinggi anggota NATO.
“Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita,” kata Putin.
Dalam perkembangan lebih lanjut, dilaporkan ada banyak penampakan peluncur roket termobarik ganda yang dapat dipasang ke sasis tank T-72.
Salah satu peluncur roket tersebut, TOS-1, terlihat di dekat kota Belgorod dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina pada Sabtu sore.
TOS-1 adalah salah satu sistem senjata paling menakutkan di gudang senjata konvensional Rusia.
Ini terdiri dari wadah bahan bakar dan dua bahan peledak terpisah.
Mereka menggunakan oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi.
Senjata itu pertama kali digunakan oleh militer Soviet di Afghanistan, dan terakhir di Suriah.
Pasukan Rusia telah menggunakan sistem roket ganda BM-21 “Grad” (“Hail”) di timur dan selatan Ukraina.
Gambar peluncur roket BM-21 yang hancur atau ditinggalkan di Kharkiv telah beredar, namun tidak ada verifikasi independen terkait foto tersebut.
Ada juga kekhawatiran tentang peningkatan penggunaan rudal jelajah Kalibr terhadap Kyiv dan kota pelabuhan selatan Odesa.
Rudal ini dapat ditembakkan dari kapal, pesawat, serta kapal selam dan dapat dilengkapi hulu ledak konvensional dan nuklir.
[Rik]