Mahasiswa Baru Unhas Diusir Usai ‘Ngaku’ Kelamin Non-Biner, Begini Kronologinya

  • Senin, 22 Agustus 2022 - 22:43 WIB
  • Viral

MANAberita.com – MAHASISWA baru Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar berinisial MNA diusir dari ruangan saat mengikuti acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB).

Pengusiran tersebut dilakukan setelah MNA mengaku bergender non-biner usai ditanya oleh dua dosen di depan ruangan. Peristiwa tersebut terekam dalam sebuah video yang kemudian viral di media sosial.

Peristiwa itu bermula ketika MNA mengatakan jika dirinya berjenis kelamin laki-laki, tetapi ia tidak mengidentifikasi dirinya dalam kelompok gender laki-laki atau perempuan.

“Di KTP-mu apa?” tanya seorang dosen kepada MNA.

“Laki-laki,” jawab MNA.

“Lalu, di kartu mahasiswa apa?” tanya seorang dosen lainnya.

Baca Juga:
Heboh Pernikahan Beda Generasi, Kakek 84 Tahun Nikahi Wanita 48 Tahun

“Laki-laki,” kata MNA lagi.

“Jadi, pilih laki-laki atau perempuan?”

“Tidak keduanya. Di tengah-tengah, makanya gender netral,” kata MNA.

“Tidak ada netral,” jawab dosen.

Baca Juga:
Terimpit Ekonomi, Suami di Madiun Jual Istri ke Teman

Dosen tersebut kemudian memanggil panitia dan meminta agar MNA membawa tasnya dari ruangan.

Dalam keterangannya, Sabtu (20/8), Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa mengungkapkan jika peristiwa tersebut sudah diselesaikan oleh fakultas. Pihak fakultas mengaku telah memanggil orang tua MNA untuk dimediasi.

Seusai kejadian tersebut, Jamaluddin menegaskan Unhas merupakan lembaga pendidikan tinggi yang inklusif. Ia mengatakan Unhas terbuka bagi semua orang.

“Bahwa ini Unhas inklusif ya. Bahwa Unhas ini terbuka untuk semua. Kita tentu juga terbuka sedikit peluang, kita perbaiki dan kita minta maaf kalau perlu,” kata Jamaluddin di Unhas, Makassar.

Baca Juga:
Makna Mendalam Sindoor, Hiasan di Dahi Wanita India

Menurutnya, peristiwa pengusiran MNA merupakan perselisihan biasa. Jamaluddin memastikan persoalan itu diselesaikan dengan baik.

Ia pun tidak sepakat jika peristiwa itu disebut sebagai ‘pengusiran’. Menurut Jamaluddin, dosen yang ada di ruangan itu hanya menggunakan suara keras.

“Saya kira bukan pengusiran, saya kira bahasa bahasa itu biasa dalam penerimaan mahasiswa baru, suara keras. Kita pasti ambil langkah,” tuturnya.

(sas)

Komentar

Terbaru