Manaberita.com – ANIES Baswedan Gubernur DKI Jakarta mengklaim bahwa banjir di Ibu Kota kini mulai tertngani lebih baik dari era-era sebelum masa kepemimpinannya.
Menurut Anies, banjir di Jakarta saat ini lebih cepat surut. Dia mencontohkan saat banjir besar mengepung Jakarta pada awal 2020 silam.
Kala itu, menurut dia, dengan volume air 377 milimeter per hari atau lebih besar dari banjir pada 2015, banjir surut dalam waktu kurang dari empat hari. Kata Anies, kurun waktu itu lebih cepat dibanding banjir pada 2015, meski volume air lebih rendah hanya mencapai 277 milimeter per hari.
“Surutnya banjir ini tercatat lebih cepat dari kejadian banjir di tahun-tahun sebelumnya, seperti yang terjadi di tahun 2015, di mana dengan curah hujan yang lebih rendah yakni 277 mm/hari, 95 persen wilayah tergenang baru dapat surut dalam waktu 168 jam,” kata Anies dalam rilis resmi, Minggu (9/10).
Secara umum, Anies mengatakan sistem drainase untuk menangani banjir di Ibu Kota memiliki batas maksimal. Dia mengatakan kapasitas tampungan drainase DKI berkisar 100-150 mm/hari
Oleh Sebab itu, katanya, jika curah hujan di bawah batas maksimal tersebut, dia memastikan Jakarta tidak akan tergenang banjir. Begitu pula sebaliknya.
“Di sisi lain, apabila curah hujan ekstrem berada di atas angka 100 mm/hari, mau-tidak mau air akan tergenang, terjadilah banjir,” katanya.
Anies juga mencontohkan saat banjir merendam Jakarta pada 2007. Kala itu, katanya, hujan ekstrem mengguyur Jakarta dengan volume 340 mm/hari. Banjir merendam 955 RW dan 270.000 lebih warga mengungsi.
Sedangkan pada 2020, dengan curah hujan lebih tinggi, jumlah RW yang tergenang dan warga yang mengungsi relatif lebih sedikit, yakni 390 RW dan 36.000 warga yang mengungsi.
“Hal ini menandakan dampak banjir di Jakarta dapat semakin terkendali,” kata Anies.
Melansir dari detikcom, Anies mengungkapkan pihaknya telah melakukan berbagai program yang tidak berorientasi pada betonisasi.
Beberapa di antaranya seperti program Gerebek Lumpur di 5 wilayah Kota Administrasi. Cara itu dilakukan dengan pengerukan lumpur di danau, sungai, dan waduk.
Menurut dia, cara itu dilakukan untuk mengurangi proses pendangkalan dengan mengerahkan alat berat berskala hingga tiga kali lipat dari kapasitas normal.
Banjir diketahui telah merendam sejumlah wilayah di DKI selama beberapa hari dalam sepekan terakhir. Kemacetan parah pun terjadi imbas banjir yang menggenangi ruas jalan ibu kota.
Pada Kamis (6/10), BPBD mencatat banjir menyebabkan tujuh ruas jalan dan lima RT terendam. Ketinggian bervariasi mulai dari 30-120 sentimeter. Akibatnya sejumlah jalan lumpuh. Salah satunya di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Di Pondok Labu, banjir bahkan menewaskan tiga siswa di MTsN 19 Jakarta.
(Rik)