MANAberita.com – PENYANDERAAN Pilot pesawat Susi Air Kapten Philip Max Marthin oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) setelah pesawatnya dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua, Selasa (7/2) tercatat sudah 11 hari sejak insiden pembakaran tersebut hingga hari Sabtu (18/2),
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Muhammad Saleh Mustafa mengungkapkan upaya penyelamatan Philip saat ini masih mengedepankan dialog.
“Masih dilakukan pendekatan dialog atau soft approach yang dilakukan oleh tokoh agama, tokoh masyarakat dan Pemerintah Daerah Nduga,” ujarnya melalui keterangan video yang dibagikan.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut ihwal batas waktu yang dimaksud dalam pendekatan dialog itu. Saleh hanya mengatakan apabila tetap tidak membuahkan hasil, aparat akan melakukan upaya penegakan hukum.
“Saya tidak bisa putuskan atau sampaikan batas waktunya di sini, karena ini suatu hal yang harus kita dirahasiakan. Tetapi saya sampaikan, apabila tiba waktunya, maka TNI-Polri akan melakukan tindakan penegakan hukum secara terukur, terpilih serta terarah,” jelasnya.
“Namun mengingat waktu sudah berjalan beberapa hari, kami dari aparat TNI-Polri juga punya standar operasi yang harus dijalankan dalam upaya penegakan hukum, agar persoalan ini tidak berlarut, yaitu ada batas waktunya,” imbuh dia.
Saleh memastikan tim gabungan TNI-Polri telah menyiapkan anggota terbaiknya untuk melakukan tindakan penegakan hukum itu.
“Kita sudah bekali dan sudah diberikan arahan tentang hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, antara lain penegakan HAM,” kata dia.
KKB sempat merilis foto dan video yang menunjukkan kondisi pilot tersebut. Dalam foto yang diterima tersebut tampak pilot dikawal oleh sejumlah pasukan KKB lengkap dengan senjata api dan panah.
Dalam salah satu video Philip menyampaikan pesan, “Papua OPM menangkap saya untuk Papua Merdeka.”
“Kelompok Papua menangkap saya dan mereka berjuang untuk kemerdekaan Papua. Mereka minta agar militer Indonesia pulang dan jika tidak mereka tetap menahan saya dan keselamatan saya akan terancam,” kata Philip menambahkan.
(sas)