100 Tokoh Berpengaruh: Tsar Peter yang Agung (Tokoh ke 88)

  • Rabu, 10 Januari 2018 - 23:47 WIB
  • Wikipedia
Tsar Peter yang Agung

MANAberita.com – PYOTR I juga dikenal dengan Pyotr yang Agung adalah Tsar Rusia terakhir (berkuasa tahun 1682–1721) dan Kaisar Rusia pertama (berkuasa tahun 1721–1724).

Melalui berbagai keberhasilannya dalam perang, dia menjadikan Ketsaran Rusia menjadi salah satu kekaisaran besar yang menjadi salah satu kekuatan penting di Eropa. Dia memimpin perubahan budaya yang menggantikan tatanan lama dan tradisional beserta sistem politiknya dengan tatanan baru yang lebih modern, ilmiah, dan kebarat-baratan berdasarkan Pencerahan.

Pyotr Alekseyevich Romanov lahir pada 9 Juni 1672 di Moskwa pada masa kekuasaan ayahnya. Namanya diambil dari nama Simon Petrus. Ayahnya adalah Aleksey, Tsar Rusia yang memerintah pada 1645 sampai 1676. Ibunya adalah Permaisuri Natalya Naryshkina, istri kedua Tsar Aleksey. Saat Aleksey mangkat pada 1676, takhta diwariskan kepada Fyodor III, putra Aleksey dengan istri pertamanya, Permaisuri Maria Miloslavskaya. Pada masa pemerintahan kakak tiri Pyotr yang sakit-sakitan ini, negara dipegang oleh Artamon Matveev.

Keadaan berubah saat Fyodor mangkat pada 1682. Dikarenakan Fyodor tidak meninggalkan anak, terjadi perselisihan antara keluarga Miloslavsky (keluarga dari Maria Miloslavskaya) dan keluarga Naryshkin (keluarga dari Natalya Naryshkina) terkait pihak yang harusnya mewarisi takhta. Secara urutan, harusnya Pangeran Ivan, putra Aleksis dan Maria, yang harusnya menjadi tsar, tetapi dia memiliki penyakit parah dan lemah pikiran. Pada akhirnya, Dewan Bangsawan Rusia menetapkan Pyotr yang baru berusia sepuluh tahun menjadi tsar.

Baca berita sebelumnya di sini:

100 Tokoh Berpengaruh: Mao Zedong (Tokoh ke 89)

Baca Juga:
8 Misteri di Indonesia yang Belum Terpecahkan Hingga Saat Ini

Namun kemudian, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Putri Sofya Romanova, saudari kandung Ivan pada April-Mei 1682. Pemberontakan ini menjadikan sebagian kerabat dan sahabat Pyotr terbunuh dan Pyotr menyaksikan tindakan kekerasan politik ini. Sofya dan para pendukungnya berhasil mendesak untuk menjadikan Pyotr dan Ivan sebagai penguasa dwitunggal dengan Ivan berperan sebagai tsar senior. Sofya sendiri berperan sebagai wali bagi dua tsar. Di ruang takhta, sebuah lubang dibuat di belakang dua singgasana tsar dan menjadi tempat Sofya duduk dan mendengarkan saat Pyotr berbicara dengan para bangsawan.

Pada musim panas 1689, Pyotr yang berusia 17 tahun berencana mengambil kendali pemerintahan sepenuhnya dari Sofya, terutama setelah kedudukannya melemah lantaran dua kali kegagalannya dalam kampanye melawan Krimea. Sofya yang mengetahui rencana itu merencanakan makar dengan pasukan penjaga, tetapi mereka justru memperingatkan Pyotr akan rencana kakak tirinya itu. Pyotr melarikan diri pada tengah malam dan mengumpulkan kekuatan dan berhasil menggulingkan Sofya. Sofya dipaksa menjadi biarawati dan menyerahkan gelar dan kedudukan istananya, sementara Pyotr dan Ivan melanjutkan peran mereka sebagai tsar.

Meski Sofya telah digulingkan, Pyotr masih belum bisa memegang kendali penuh negara karena poros kekuatan beralih ke Ibu Suri Natalya. Setelah Natalya mangkat pada tahun 1694, barulah Pyotr yang telah berusia 22 tahun menjadi penguasa yang benar-benar berdaulat. Meski begitu, Ivan masih berkuasa bersama Pyotr secara resmi, meski sebenarnya Ivan hanya berperan sebagai simbol belaka. Barulah saat Tsar Ivan V mangkat pada 1696, Pyotr sepenuhnya menjadi penguasa berdaulat tunggal Rusia.

Baca Juga:
Pengadilan Kuwait Membatalkan Pemungutan Suara 2022, Kenapa?

Pyotr segera melakukan reformasi untuk memodernisasi Rusia. Sangat dipengaruhi penasihatnya dari Eropa Barat, Pyotr menata ulang angkatan bersenjata Rusia agar memiliki kekuatan kelautan yang hebat. Dia mendapat penentangan atas kebijakannya, tetapi secara tegas memberantas segala pemberontakan yang berusaha menggoyangkan kewenangannya.

Untuk meningkatkan peran Rusia dalam masalah kelautan, Pyotr berusaha menguasai daerah pesisir. Wilayah pesisir yang dikuasai Rusia saat itu hanyalah kawasan Laut Putih. Laut Baltik saat itu dikuasai Swedia, Laut Hitam dikuasai oleh Kekaisaran Utsmaniyah, dan Laut Kaspia sebelah selatan dikuasai oleh Kekaisaran Safawiyah.

Untuk menguasai Laut Hitam, Pyotr berusaha menyingkirkan Kekhanan Krimea, negara bawahan Utsmani yang berkuasa di kawasan tersebut. Tujuan Pyotr adalah menguasai benteng Utsmani di Azov. Perang dilangsungkan pada musim panas pada 1695, tetapi usaha ini menuai kegagalan. Namun pada Juli setahun setelahnya, Azov berhasil dikuasai Rusia setelah Pyotr membentuk angkatan laut yang besar. (Int)

Komentar

Terbaru