MANAberita.com – BEBERAPA hari ini di Media Sosial dihebohkan dengan beredarnya foto yang diklaim sebagai Putri Qajar dari Persia dan disebut-sebut menjadi lambang kecantikan abad 13 Persia.
Bahkan di salah satu foto yang di unggah akun instagram @hiburandoang di jelaskan ada 13 pemuda yang rela bunuh diri karena di tolak cintanya.
Foto langka itu dianggap hoax dan banyak yang mencacinya karena di foto tersebut terlihat seorang wanita yang berbadan besar, berkumis dan bermuka sangar layaknya laki-laki.
Banyak netizen yang menganggap lucu bahkan mustahil jika seseorang yang dengan tampilannya seperti itu di jadikan sebagai lambang kecantikan pada abad 13 Persia.
Seperti terlihat pada komentar di Instagram @hiburandoang.
@syaiful_effendi “Mirip akang2 kwetiau deket rumah gw njiirrr”
@mdafaoka, “Aanjeer itumah mr. Bean min”
@irul_36, “Hoax”
@leotulang, “Pasti pakek pellet”.
@putra_samuel_jese, “Fak …cantik apanya!! Malah mirip pinguin musuh batman”
Tapi siapa sangka foto yang dianggap hoax ataupun palsu ini adalah ASLI alias FAKTA. Berikut penjelasannya seperti dilansir dari dw.com.
Pada masa itu memang beberapa di antara putri Qajar berkumis, mengenakan tutu. Tak sembarangan orang bisa masuk ke harem Raja Nasir al-Din Shah Qajar. Namun kekuatan lensa kamera mengabadikan kehidupan para putri.
Ini adalah anak dari Raja Nasir al-Din Shah Qajar tidak hanya memiliki banyak istri, tapi juga punya banyak anak. Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala merupakan salah satu putri Raja Nasir Shah. Ibunya, Taj al-Dawla atau Taj el Dowleh merupakan selir Raja Nasir Shah. Esmat lahir pada tahun 1855. Sang ayah mengimpor piano ke Iran dan Esmat el-Dowleh kemudian menjadi perempuan pertama di Iran yang bisa main piano.
Dari pernikahannya dengan Taj el Dowleh, raja memperoleh empat orang anak. Tampak dalam foto: istri raja: Taj al-Dowleh, putrinya: Esmat al-Dowleh dan cucunya atau anak Esmat: Fahr al-Taj. Anak perempuan Esmat al-Dowleh dalam foto adalah anak keempat.
Raja Nasir al-Din Shah Qajar beristri lebih dari 80 orang. Jumlah anaknya lebih dari 40 orang, namun beberapa orang meninggal ketika baru lahir atau masih berusia anak-anak. Yang bertahan hidup 26 orang. Dari anak-anak tersebut raja memperoleh banyak cucu. Tampak dalam foto, salah satu cucunya, Fahr al-Taj.
Cucu Raja Nasir al-Din Shah Qajar, Fahr al-Taj tampak sedang bersantai di pinggir kebun. Dalam foto-foto zaman raja Nasir al-Dhin Qajar, perempuan-perempuan Persia cukup aktif mengekspresikan diri. Di masa ini, mereka juga tak menutup wajahnya dengan cadar.
Pada masa itu, sangat lumrah jika perempuan berkumis. Berbagai laporan menyebutkan, begitu banyak pria mengagumi kecantikan putri raja berkumis itu dan ingin meminangnya. Esmat sering menolak lamaran-lamaran itu.
Ini adalah foto Esmat al-Muluk, cucu raja Nasir Shah Qajar. Ia berfoto bersama suaminya, Hassan Mostofy al-Muluk.
Suami Esmat al-Muluk (cucu raja), Hassan Mostofy al-Muluk, merupakan perdana menteri Iran selama periode Qajar dan Pahlevi. Tak jauh dari mereka, duduk Esmat el-Muluk.
Ya…belum ada selfie atau wefie saat itu. Tapi semangat berfoto tetap heboh. Para perempuan dalam harem berasal dari berbagai latar belakang budaya, wilayah dan status sosialnyapun beragam. Mereka juga membantu tugas raja dan punya pengaruh di istana. Mereka beranak cucu. Tampak dalam foto, anak- cucu Raja Nasir al-Din Shah yang berpose jenaka.
Taj al-Saltanah dilahirkan tahun 1883 dari salah satu istri Raja Nasir yang bernama Turan al-Saltaneh. Putri kesayangan raja ini sangat terkenal sebagai feminis dan anggota The Society of Women’s Freedom.
Putri Taj al-Saltanah merupakan salah satu pendorong Revolusi Konstitusional di Iran melawan abangnya sendiri, Mozaafar al-Dhin Shah, yang hidup mewah dari pinjaman Rusia dan Inggris. Revolusi tahun 1905-1907 ini memperjuangkan sistem konstitusional dan menentang kekuasaan absolut kerajaan serta intervensi asing di Iran.
Raja Nasir al-Din Shah Qajar amat mengasihi putrinya yang progresif ini. Sang putri juga dikenal dekat dengan kalangan sastrawan, terutama para penyair. Meski dicinta sang ayah, ia dibenci oleh saudara laki-laki ynag menggantikan ayahnya sebagai raja. Mozaafar al-Dhin Shah sangat tidak suka dengan aktivitas Taj di ruang publik.
Taj al-Saltanah juga aktiv menulis buku. Salah satu karyanya berjudul: Crowning Anguish: Memoirs of a Persian Princess from the Harem to Modernity 1884-1914.
Esmat al-Dowleh memiliah-milah buah delima. Foto-foto dalam album kerajaan ini memberikan kesempatan pada dunia luar untuk melihat perempuan “pertama” Iran dalam sejarah modern.
Esmat al-Dowleh bersama saudari-saudari dan kawan-kawannya di kebun. Ayahnya Raja Nasir al-Din Shah Qajar yang modern merupakan sultan pertama Persia yang secara resmi mengunjungi Eropa pada tahun 1873, 1878 dan 1889.
Esmat el-dowleh tampak tengah menulis. Saat mengunjungi Eropa, ayahnya takjub dengan kemajuan teknologi dan budaya. Kembali ke Iran ia membawa budaya barat ke Persia. Di antaranya dengan mengenalkan baju balet agar dikenakan oleh para perempuan di haremnya serta budaya literatur.
Esmat al-Dowleh berfoto bersama para saudarinya dan kerabat. Beberapa foto dalam album ini disimpan di Institute for Iranian Contemporary Historical Studies.
Malaria merenggut nyawa Putri Esmat al-Dowleh tahun 1905 setelah sempat dirawat di rumah sakit. Saudari dan kerabatnya berpakaian warna gelap tanda belasungkawa.
Seni fotografi merupakan salah satu kegemaran Raja Nasir al-Din Shah Qajar. Ia menjadi lambang dominasi pria dalam merekam kehidupan perempuan lewat kekuatan lensa. Tempat tak terjamah dunia luar itu akhirnya terabadikan dalam foto. Tampak dalam foto, sang raja bersama para istrinya.(Int)