MANAberita.com — KEPALA Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan kondisi dinding kawah Gunung Anak Krakatau bertambah rapuh dan berpotensi terjadi longsor yang memicu tsunami Selat.
Dinding kawahnya itu bertambah rapuh dan dikhawatirkan akan mudah terjadi longsor yang bisa memicu terjadinya tsunami,” kata Dwikorita saat ditemui di kantor BMKG, melansir Tempo.
Dwikorita mengatakan rapuhnya dinding kawah disebabkan oleh erupsi gunung Anak Krakatau yang disertai goncangan. Selain itu, kata dia, kondisi cuaca ekstrim seperti hujan lebat juga dikhawatirkan bisa menyebabkan longsor kembali terjadi.
Dwikorita mengatakan saat ini BMKG sudah memasang enam sensor seismometer yang telah dimodifikasi untuk memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau dan potensi longsor yang bisa memicu tsunami.
Dwikorita menambahkan dari hasil analisis BMKG, disimpulkan getaran yang berpotensi memicu longsor sekitar 3,4 magnitudo. Ia mengatakan jika alat sensor tersebut mendeteksi geteran 3,4 magnitudo, BMKG akan langsung mengeluarkan peringatan dini tsunami.
Dwikorita mengimbau masyarakat di kawasan Selat Sunda untuk menjauhi kawasan pesisir dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer.
“Masyarakat harus tetap waspada dan jangan panik,” ujarnya.
Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan tiga alat sensor tersebut berada di Lampung dan tiga lagi di Banten. Ia menuturkan alat sensor tersebut merupakan metode yang paling efektif saat ini untuk memantau aktivitas gunung Anak Krakatau.
Menurut Rahmat, potensi erupsi Gunung Anak Krakatau bahkan longsor yang bisa memicu tsunami Selat Sunda masih berpotensi terjadi.” Hari ini sudah mulai dipasang, terdeteksi ada empat kali getaran hari ini, dengan rata di bawah 3 magnitudo,” kata dia. (Alz)
(Sumber: Tempo)