MANAberita.com — SEORANG balita di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara tidak bangun selama 23 hari dari tidurnya. Balita itu bernama Gilang Tama Alfarizi (4), putra pertama pasangan Sandi Syahputra (25) dan Prili Mahdania (24).
Melansir Tribun Medan, Sandi dan Prili khawatir akan keadaan putranya itu.
Sebab, sebelumnya tak ada tanda-tanda mencurigakan pada tubuh Gilang. Mereka juga berharap Gilang segera terjaga dari tidurnya.
Gilang lalu dibawa ke RSUP Haji Adam Malik Medan untuk diperiksa. Anehnya, tenaga medis menyatakan bahwa balita itu dalam kondisi sehat.
Menurut keterangan Kasubbag Humas RSUP Haji Adam Malik Medan, Rosario Dorothy, S.Sos, M.Ikom mengatakan Gilang masuk dalam kondisi penurunan kesadaran (11/12) dan pulang pada 13 Desember 2018.
“Pemberitaan yang beredar menyebut si anak dalam kondisi sehat namun tertidur. Sebenarnya pihak medis punya penjelasan soal itu,” kata Rosa.
Diagnosa awalnya adalah meningitis dari RSUD Lubukpakam.
Setelah dirawat dua hari, dilakukan pemeriksaan mulai dari fisik, scanning kepada dan tulang belakang, foto toraks, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis sementara, pasien diduga menderita radang selaput otak.
Menurut Rosa, tidurnya Gilang bukan tidur biasa. Namun, diagnosis itu juga masih bersifat sementara. Masih dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk memperjelas diagnosis.
“Beberapa hal sudah direncanakan, seperti menjalani EEG (elektroensofalogfam) untuk memeriksa aktivitas otak nya, apakah ada kelainan atau ada virus dan dan MRI kepala juga sudah dijadwalkan. Hanya saja pemeriksaan ini belum sempat dilakukan karena pihak keluarga minta pulang, dengan alasan ingin dirawat di rumah saja, karena ada keluarga orang medis yang merawat,” papar Rosa.
Kondisi kesehatan bocah tidur asal Kabupaten Deli Serdang, Gilang Tama Alfarizi (4) di kabarkan berangsur-angsur membaik.
Kabid Layanan dan Rawatan RSU Deli Serdang, dr Erlinda Yani mengatakan kondisi Gilang menurut tim dokter yang menangani kasusnya, mulai memperlihatkan tanda-tanda ke arah membaik.
“Gilang benar sudah bisa membuka mata walaupun tidak lama. Tapi apakah itu kondisi semakin membaik atau tidak belum bisa dipastikan. Kalau kita lihat secara fisik dia memang sudah bisa membuka mata walau hanya sebentar,” kata Linda.
“Tapi dia buka mata tidak sadar seperti kita begini. Dia sempat membuka mata dan tak lama kemudian tertutup lagi matanya,” sambungnya.
Lebih Lebih, Linda menuturkan bahwa Gilang sudah bisa membuka mata paling lama sekitar hampir 60 detik.
Gilang juga sudah bisa merespon perkataan orang lain dengan menganggukan kepalanya.
“Saat di ajak bicara oleh ibunya, Gilang sudah bisa merespon dengan menganggukan kepalanya,” papar Linda.
Namun, sebenarnya yang terjadi Gilang bukan tidur tapi penurunan kesadaran. Posisinya masih belum benar-benar sadar.
Kondisi kesehatan Gilang, yang sudah bisa beberapa kali membuka mata walau tidak lama dan mengangguk, akan segera di laporkan kepada tim yang bentuk.
“Kita akan buat laporan tentang kondisi terbaru Gilang dan akan kita diskusikan kepada tim yang di bentuk. Hasil rapat,nanti akan kami sampaikan,” jelas Linda.
Perlu diketahui, hingga hari ini Gilang sudah tertidur atau mengalami penurunan kesadaran selama 24 hari sejak tak bangun-bangun dari tidurnya.
Sehari dirawat di RSU Deli Serdang, tim medis masih terus melakukan pemeriksaan dan diagnosa terhadap Gilang yang menyebabkan dirinya terus tertidur selama hampir sebulan lamanya.
Sejauh ini belum di ketahui secara pasti penyebab bocah tidur berusia 4 tahun ini tertidur.
Dilansir dari hellosehat.com, penyakit meningitis adalah infeksi yang menyebabkan radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Penyakit ini paling sering disebabkan oleh virus, tapi dalam beberapa kasus dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur.
Beberapa tanda khas radang selaput otak termasuk sakit kepala, demam, dan leher kaku (kaku kuduk).
Meskipun beberapa kasus bisa sembuh dalam beberapa minggu, pada beberapa kasus lain dapat mengancam jiwa bahkan kematian.
Meningitis viral dapat sembuh tanpa pengobatan, tetapi meningitis bakteri dapat menjadi serius, bisa berkembang sangat cepat dan membutuhkan pengobatan antibiotik yang cepat untuk meningkatkan kemungkinan pemulihan.
Menunda pengobatan untuk meningitis bakteri meningkatkan risiko kerusakan otak permanen dan efek berbahaya permanen lainnya. (Dil)