MANAberita.com — BICARA mengenai perkembangan anak tak lepas dari peran ayah. Meskipun, tak sedikit ayah yang kurang berperan dalam merawat anak sejak masih bayi.
Hal ini berdampak pada hubungan ayah dan anak yang renggang seiring bertambahnya usia anak.
“Jangan tanya kenapa anak tersebut tidak ada attachment dengan ayahnya, lihat berapa banyak waktu yang diberikan ayah tersebut kepada anaknya?” kata Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi atau yang akrab disapa Bunda Romi, mengutip Navaznews.
Hubungan tersebut tidak bisa begitu saja diobati ketika dewasa, sehingga idealnya dipupuk sejak dini.
Peran ayah sebetulnya bisa dimulai sejak anak masih di dalam kandungan ibu. Misalnya, dengan ayah mengantar ibu ke dokter kandungan dan membantu mengelus perut ibu ketika terjadi kontraksi atau rasa tidak nyaman lainnya.
“Ayah boleh ikut mengusap perut ibu, dan sebagainya. Rasa nyaman di ibu akan berkoneksi dengan anak,” ungkapnya.
Contoh lainnya adalah membantu ibu mencatat gerak bayi ketika kandungan berusia enam atau tujuh bulan. Pada usia kandungan tersebut, dokter biasanya akan menyuruh orangtua mencatat jumlah gerak bayi dalam sehari.
“Ayah dan ibunya harus saling mengingatkan, sudah berapa kali gerak dan sebagainya. Kalau ayahnya tidak ada kepedulian sama sekali, ibunya nanti akan merasa fight sendirian bersama bayinya,” ucap Bunda Romi.
Peran ayah semakin penting setelah bayi tersebut lahir. Misalnya, membagi waktu asuh bersama ibu untuk merawat bayi, meskipun ayah juga harus pergi bekerja.
“Karena ibu yang baru melahirkan perasaannya pasti tidak enak, apalagi kalau dia sadar akan badan. Merasa enggak nyaman, badan jadi besar, bisa membuat dia drop,” tuturnya.
Seiring bertambahnya usia anak, ayah bisa mengambil peran sebagai rekan bermain anak. Misalnya, ayah bisa mengendong atau mengajak anak bermain sambil bernyanyi.
Perhatian juga bisa dicurahkan ayah kepada anaknya meski sedang berada jauh, misalnya ketika sedang tugas di luar kota dengan berkomunikasi melalui telepon.
Komunikasi lewat video call juga bisa diterapkan oleh ayah dan ibu pada masa kehamilan.
Namun, setiap pasangan memiliki caranya masing-masing untuk memberi kenyamanan.
“Intinya, suami dan istri harus saling tahu apa yang bikin nyaman,” ucap Bunda Romi. (Ila)