MANAberita.com — TAK ada anak yang lahir menanggung dosa orangtuanya. Bahkan, ketika ajal menjemput dengan caranya sendiri, seorang bocah harus dikuburkan layak meskipun orangtuanya bermasalah dan tak jelas di mana keberadaannya.
Kejadian menyedihkan dialami seorang bocah di Kelurahan Labalawa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau. Namanya Ramadan (9). Dia tewas di rumahnya karena tak mampu menerobos api saat pondoknya dilalap si jago merah, Sabtu (02/03) sekitar pukul 01.00 Wita dini hari.
Malam itu, Ramadan (9) tidur bersama kakaknya Risno (16). Neneknya, yang biasa tinggal serumah dengan mereka, menginap di rumah keluarganya di kabupaten tetangga.
Saat lelap, tak tahu dari mana, api yang besar sudah menyala dan membakar rumah di bagian tengah. Ramadan pun langsung bangun dan berteriak kepada kakaknya yang tidur di sampingnya agar menyelamatkan diri. Kebakaran pun tak bisa dihindari.
Risno yang langsung bangun dan refleks melompat keluar kamar dan berusaha lari keluar. Saat itu, Risno yang menarik tangan adiknya, langsung menuju pintu bagian depan.
Malangnya, pintu terkunci dan tak bisa dibuka karena sudah panik saat api mulai menyambar-nyambar. Risno yang bertubuh lebih besar langsung menarik tangan adiknya menuju pintu belakang.
Namun, sang adik yang masih berusia 9 tahun itu tak berani menerobos api yang sudah menghalangi jalan mereka menuju dapur.
“Saya tarik tangannya. Saya panggil mari kita keluar dari rumah, tapi dia takut lewati api,” ujar Risno menceritakan kepada warga dan polisi.
Ketua RT 03 Lingkungan Katapi Kelurahan Betoambari, La Eda, mengatakan kedua korban tinggal dengan neneknya. Sedangkan kedua orang tuanya, sudah beberapa lama keluar dari kampung dan pernah dicari warga.
“Ayahnya kabarnya di Kalimantan. Ibunya tidak tahu di mana. Waktu kebakaran itu, saya dengar dari warga. Langsung saya menuju lokasi ternyata rumahnya sudah dilalap api,” ujar La Eda.
Setelah kebakaran terjadi, Risno sempat dirawat di rumah sakit karena luka bakar yang dideritanya. Sedangkan Ramadan (9), jenazahnya masih berada di dalam rumah dan dievakuasi oleh polisi pada pagi hari.
Saat itu, warga tak mengurus jenazah korban hingga menjelang sore. Warga beralasan, ada masalah dengan orangtua korban di kampung.
Kedua orangtuanya, menurut warga setempat memiliki utang. Beberapa waktu lalu, ayah korban yang tidak diketahui namanya oleh warga kampung sempat meminjam sepeda motor milik salah satu warga.
Sepeda motor ini, ternyata tak pernah dikembalikan oleh ayah korban. Beberapa bulan menunggu, pemilik motor mendengar kabar jika ayah korban sudah berada di Kalimantan. Sedangkan ibu korban yang sudah pisah ranjang, tak tahu di mana keberadaannya.
Karena kasus ini, Risno dan Ramadan sempat dikucilkan di kampung tempat mereka tinggal. Puncaknya, saat Ramadan harus dikuburkan secepatnya, warga banyak yang tak ingin mengurus jenazahnya.
Kapolsek Murhum Ipda Ipda Marvi Oksiriana Cakti STrK membenarkan kejadian itu. Dia mengatakan, ada informasi dari warga soal orangtua kedua korban yang bermasalah.
“Kasian kan, bocah begitu sudah tewas terbakar kemudian saat akan dikebumikan dia masih dikait-kaitkan dengan masalah orangtuanya, yaa kuburkan dulu lah,” ujar Ipda Marvi Oksiriana.
Perwira yang baru bertugas di Polsek Murhum ini mengatakan, warga sebaiknya mengabaikan masalah orangtua korban saat melihat kondisi keduanya saat kejadian. Apalagi saat orangtua korban tak ada di tempat, maka semua harus membantu mengurus jenazah.
Kapolsek bersama anggota yang merasa iba kepada korban, berusaha menemui warga dan memberikan pemahaman.
“Kami berusaha bicara dengan lurah via telepon karena dia lagi di luar kota, Ketua RT dan warga. Setelah ada diskusi, jenazah korban dikuburkan sore harinya,” kata dia. (Alz)