MANAberita.com — TAK hanya membunuh dan memutilasi, Prada DP juga larikan motor dan hp Vera Oktaria pacarnya.
Kendaraan dan ponsel itu dalam kondisi baru, dibeli dari hasil jerih payah Vera bekerja sebagai karyawati sebuah minimarket.
Tak heran dua hari setelah tertangkapnya Prada DP, keluarga korban mempertanyakan barang-barang berharga tersebut.
Ibunda Vera, Suhartini, menyatakan tidak terima karena DP belum memberi tahu atau mau mengembalikan motor dan handphone Vera.
Tini mengungkapkan kekesalannya terhadap DP yang sudah sangat rakus merenggut nyawa sekaligus harta benda anaknya tersebu.
“Hati saya sakit sekali. Dia sudah membunuh Vera. Dia juga membawa kabur motor dan handphone Vera. Padahal semuanya masih baru,” ungkapnya melansir Tribun Sumsel.
Tini juga menanyakan kejelasan keberadaan harta benda yang dibawa kabur DP.
“DP sudah ditangkap, tapi motor dan handphone anak saya sampai sekarang tidak tahu dimana keberadaannya. Saya sudah menanyakan kepada pihak yang berwajib, belum ada jawaban,” Jelas Tini.
Ia dan keluarganya menginginkan motor beserta handphone Vera dikembalikan.
“Kami semua mengharapkan motor dan handphone Vera dikembalikan supaya masih ada yang terkenang dari Vera. Kami merasa sangat terpukul,” tandasnya.
Dalam pengakuannya setelah ditangkap, Prada DP menyatakan sempat akan membakar jenazah korban tapi akhirnya ditinggalkan.
Setelah dibekap hingga akhirnya meninggal, mayat Vera Oktaria dimutilasi.
“Dalam kondisi jiwa yang kalut, ia meninggalkan hotel termasuk jenazah mayat Vera. Pada sore hari ia pergi ke pasar dan menuju Lampung,” terang Kapendam II/Sriwijaya Kol Inf Djohan Darmawan.
Selama di perjalanan, Prada DP sempat komunikasi dengan penumpang sebelah bahwa ia ingin belajar agama.
Kemudian diarahkan ke Banten, tepatnya di Padepokan Monghiang.
“Sesampainya di sana pukul 10.00, dia bertemu dengan pemilik padepokan yaitu Haji Syari. Haji Syari menyampaikan tidak tahu kalau yang bersangkutan adalah oknum yang dicari petugas Kodam II/SWJ,” lanjutnya.
Sejak saat itu, sampai tertangkapnya pada 13 Juni 2019, Prada DP tinggal di padepokan di Banten.
“Mulai tanggal 10 Mei dia berada di padepokan sampai ditangkap petugas Kodam II/Swj,” tambahnya
Dalam mengungkap kasus pembunuhan sadis disertai mutilasi ini, terdapat beberapa tim yang terlibat.
“Untuk mencari dan bekerjasama dengan keluarga Deri, termasuk orangtua Vera di-tracking saudara Deri dengan bibinya. Kemudian Denintel dan Kodam II/Swj dalam ungkap kasus pembunuhan Fera terus berupaya,” jelas Kol Djohan.
Dari hasil kerjasama itu, Prada DP tertangkap di Banten dan dikirim ke Palembang
“Penangkapan tanggal 13 Juni, berhasil tertangkap berkat upaya Kodam II/SWj. Saat ditangkap tidak ada perlawanan. Kemudian langsung dikirim ke Palembang. Sesampainya di Palembang pukul 04:47 di Pomdam II/Swj,” tegasnya
Atas perbuatan yang telah dilakukan, Prada DP mengaku menyesali perbuatannya.
“Yang bersangkutan menyesal, ia juga sempat akan menyerahkan diri tapi merasa takut,” ujarnya.
Seusai jumpa pers, Kol Inf Djohan Darmawan didampingi Danpomdam Kol CPM Donald Siagian dan Asintel Kasdam II/Swj Kol Inf Safta F menghadirkan tersangka Prada DP.
Tersangka berkepala plontos mengenakan pakaian kuning, hanya tertunduk dan tak sepatah kata pun bicara.
Pernyataan Prada DP yang mengatakan alasannya menghabisi nyawa Vera karena panik saat diajak menikah langsung dibantah keras keluarga korban.
Suhartini mengatakan selama ini Vera justru merasa takut dan ingin terlepas dari mantan kekasihnya itu.
“Vera sendiri yang bilang ke saya, dia takut sama Deri. Kalau Vera yang maksa dinikahi, tidak mungkin kalau Deri datang ke rumah. Anak saya sampai ketakutan,” ujar Tini.
Bagaimana dengan pernyataan Deri yang mengatakan sempat berhubungan badan sebelum akhirnya menghabisi nyawa Vera?
Suhartini sangat yakin bahwa anak bungsunya tersebut dalam keadaan bersih.
“Hasil visum jelas bilang kalau Vera bersih, tidak ada yang macam-macam. Perasaan saya sebagai ibu juga yakin hal itu. Saya kenal sama dia. Jadi nggak mungkin anak saya ada macam-macam,”ujarnya.
Suhartini mengaku sangat ingin keadilan.
Dia ingin agar pelaku pembunuh anaknya bisa segera diberi hukuman setimpal.
“Nyawa dibayar nyawa, saya mau pelaku pembunuh anak saya dihukum mati,” tegasnya.
Kini, Suhartini mengaku sudah lebih lega. Keadaannya saat ini jauh lebih siap untuk memantau perkembangan kasus pembunuhan anaknya.
“Alhamdulillah sekarang ada anak pertama saya disini. Setidaknya saya jauh lebih kuat sekarang,” jelas dia.
Hanya dia berharap kendaraan dan ponsel Vera dikembalikan sebagai kenang-kenangan berharga. (Dil)