MANAberita.com
— BJ Habibie meninggal dunia di usia 83 tahun. Ia mengembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada Rabu, 11 September 2019. Sejauh ini, Presiden RI ke-3 itu dikabarkan mengalami gagal ginjal, setelah menjalani peratawan intensif selama kurang lebih 10 hari.
Kabar meninggalnya BJ Habibie sontak menghebohkan masyarakat Indonesia. Selama ini memang menjadi salah satu tokoh inspiratif baik dalam bidang pengetahuan dan percintaan. Kisah cintanya dengan Ainun telah menginspirasi banyak pasangan.
Untuk mengenang kembali kisah-kisah romantis Habibie dan Ainun, berikut rangkuman kalimat cinta Habibie untuk sang istri tercinta. Seperti melansir dari Okezone.
- Dua raga dalam satu jiwa
Habibie memang tidak pernah ragu melontarkan kata-kata romantis kepada belahan jiwanya. Salah satu kalimat romantis yang pernah ia lontarkan hingga sukses membuat para netizen iri, ketika ia mengatakan, “Antara saya dan Ainun adalah dua raga dalam satu jiwa,”.
- Tersimpan di relung hati
Setelah sang istri tercinta mengembuskan napas terakhir, Habibie tidak pernah sedikit pun melupakan Ainun. Bahkan, ia sempat mengungkapkan sebuah kalimat super romantis untuk mendiang istrinya.
“Walaupun raga telah terpisahkan oleh kematian, namun cinta sejati tetap tersimpan abadi di relung hati,” kata BJ Habibie.
- Bidadari surga
Ketika Habibie menyadari bahwa Ainun telah meninggalkan dirinya untuk selamanya, ia melontarkan kalimat menyentuh dan sangat indah.
“Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan calon bidadari surgaku.”
- Kunci kesetiaan adalah ketulusan untuk tidak mengkhianati
Melihat perjalanan cinta Habibie dan Ainun yang tak lekang oleh waktu, banyak orang yang penasaran, apa sebetulnya kunci kesetiaan Habibie kepada sang istri tercinta? Ia lagi-lagi menjawab dengan sebuah kalimat yang sangat indah.
“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu hati di dalam hati, dan berjanji untuk tidak akan mengkhianati,” ujarnya.
- Cinta itu tidak cukup
Meski memiliki kecerdasan di atas rata-rata, ahli ilmu penerbangan itu tidak memungkiri bahwa tanpa cinta, kecerdasan itu justru sangat berbahaya dan tidak sempurna.
“Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya dan tanpa kecerdasan, cinta itu tidak cukup.” (Alz)