MANAberita.com – RB, seorang siswa Madrasah Aliyah Izzatul Maarif di Polewali Mandar, Sulawesi Barat tak menyangka akan berakhir seperti ini.
Ia dikeluarkan dari sekolah tersebut akibat berdebat dengan gurunya sendiri.
Kepala sekolah menilai, RB sebagai seorang siswa telah melanggar etika berat hingga harus dikeluarkan. Penyebabnya sepele, siswa tersebut meminta izin buang air kecil namun tak diperbolehkan gurunya.
Karena hal tersebut memicu perdebatan dan membuatnya untuk diminta mencari sekolah lain.
Melansir Sosok.id, Pallaupa, orang tua siswa tersebut kaget bukan kepalang saat mendengar kabar anaknya dikeluarkan dari sekolah.
Ia kemudian berusaha mendatangi pihak sekolah yang beralamat di Dusun Tappina, Desa mirring, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar untuk mencari kebenaran kabar tersebut.
Namun setibanya di sekolah, ia tak mendapati kepala sekolah maupun satupun guru yang berada di tempat.
“Saya ini datang ke sekolah hendak mengkalarifikasi langsung dengan pihak sekolah, apa masalahnya anak saya tiba-tiba dikeluarkan dari sekolah. Kalau alasannya hanya mendebat guru, menurut saya itu tidak cukuo beralasan mengeluarkan siswa dari sekolah,” kata Pallaupa, dikutip dari Kompas.com.
Pallaupa, saat memberikan penjelasan terkait kronologi anaknya dikeluarkan sekolah gara-gara debat terkait izin ke toilet, Senin (23/09).
Menurut Pallaupa yang diberitahu oleh anaknya tersebut, permasalahan yang berujung dikeluarkannya RB dipicu hal sepele.
Awalnya, RB yang tengah belajar di kelas hendak buang air kecil karena mengaku kebelet. Namun permintaan izin ke toilet itu ditolak guru dengan alasan gurunya khawatir RB akan bolos sekolah.
Penolakan tersebut memuncak dengan perdebatan yang akhirnya terlontar kata-kata yang tak pantas dari kedua belah pihak.
“Mulanya saya minta izin buang kecil karena sudah tidak bisa tahan, namun tidak diizinkan. Saya lalu bertanya kenapa, Pak, guru saya malah menggap saya lancang, bahkan sempat saja diajak duel. Tapi saya bilang masa ada siswa melawan gurunya,” jelas Pullaupa, dilansir.
Bahkan menurut Pallaupa, gurunya sempat mengajak duel anaknya di sekolah.
Tak hanya itu saja, ia menilai tindakan guru tersebut serta keputusan Kepala Sekolah untuk mengeluarkan anaknya karena melanggar etika itu tidak cukup beralasan.
RB juga mengaku dianiaya oleh Kepala Sekolah setelah guru tersebut mengadu kepada Kepala Sekolah.
RB mengaku dipanggil menghadap ke Kepala Sekolah, dan saat tiba di depan kantor Kepala Sekolah ia tak menyangka tiba-tiba ia menerima Bogem mentah.
“Banyak siswa lain menyaksikannya. Dia ditiunju dan didorong keluar dari sekolah,” jelas Muhajir, siswa yang juga saksi mata saat kejadian.
Sejumlah awak media sudah dua hari berusaha menemui kepala sekolah dan guru yang terlibat debat dengan siswanya untuk dimintai konfirmasi. Tapi gagal karena keduanya selalu tidak ada di sekolah.
Sejumlah guru lain di sekolah berkali-kali menelepon kepala sekolah yang tidak diketahui keberadaannya, namun gagal. Panggilan telepon tak diangkat. Sementara, orangtua siswa RB pun akan mengadu ke Kementerian Agama terkait masalah itu. (Alz)