MANAberita.com – KOPERASI Produsen Tahu Tempe (Kopti) mengungkapkan bakal kembali berjualan tahu dan tempe mulai Kamis (24/2). Para perajin mulai memproduksi tahu dan tempe untuk dijual besok.
Melansir CNNIndonesia.com, anggota Kopti Jakarta Pusat Slamet Riadi mengatakan pihaknya telah menyiapkan 50 kilogram (kg) kacang kedelai untuk besok. Jumlah tersebut turun dari sebelumnya yang mencapai 60 kg.
Menurutnya, hal itu sengaja dilakukan karena khawatir daya serap pasar bakal menurun usai perajin tahu tempe melakukan aksi mogok selama 3 hari terakhir.
Dia juga khawatir tahu dan tempe kurang laris karena daya beli turun karena kenaikan harga dan dampak pandemi covid-19.
“Iya (mulai dagang), jadi kalau untuk tahu itu kan sehari sebelum sudah produksi jadi siang ini sudah mulai produksi untuk penjualan besok, Kamis,” kata Slamet, Rabu (23/2).
Slamet menuturkan harga tempe dari perajin akan naik Rp1.000 per potong untuk ukuran 400 gram dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per potong.
Sementara, harga tahu akan tetap sama di kisaran Rp500 per potong sampai Rp700 per potong sesuai ukuran dan jenis. Hanya saja, ukuran tahu akan lebih kecil untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai.
“Salah satu tujuan dari demo juga selain ke pemerintah, tapi juga ke konsumen bahwa ini kedelai naik. Kalau begini kan konsumen, ibu-bu kalau ngga dikasih tahu begini nggak ngerti,” ujar Slamet.
Ia mengatakan kenaikan harga kacang kedelai di level perajin masih tinggi, yakni Rp12 ribu per kg dari harga normal Rp10 ribu per kg. Harga kedelai yang tak kunjung turun memaksa perajin untuk menaikkan harga tahu dan tempe.
Meski bukan solusi jangka panjang, namun ia menyebut hal tersebut harus dilakukan agar perajin tak rugi. Saat ini saja, perajin nyaris tak meraup untung dari dagangannya.
“Aduh (untung) nggak bisa dihitung, kadang-kadang kami kan pedagang kecil jadi yang didapat di pasar buat belanja lagi ngga cukup, dipotong biaya produksi kayak tenaga kerja, biaya penunjang, ngga cukup untuk beli kedelai lagi,” ujar Slamet.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah menepati janjinya untuk menstabilkan harga kedelai secepatnya.
“Kami masih berharap dengan janji pemerintah, untuk jangka pendek berupa subsidi atau apa tapi sesegera mungkin,” pungkasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo menyebut kenaikan harga tahu dan tempe berlangsung sementara hingga harga kedelai bisa kembali ke level normal, yakni Rp10 ribu per kg.
Ia pun mendesak pemerintah untuk segera mengintervensi pasar lewat subsidi kacang kedelai. Ia khawatir jika dibiarkan berlarut-larut, nantinya konsumen tahu dan tempe bakal beralih ke alternatif lain seperti telur
“Harapannya jangka pendek pemerintah harus intervensi, kalau harga ketinggian konsumen tahu tempe bisa beralih,” jelas Sutaryo.
Sutaryo menilai solusi jangka panjangnya adalah pemerintah harus mengatur ulang tata niaga kacang kedelai. Ia berharap impor kacang kedelai bisa dikembalikan kepada Perum Bulog.
Menurut Sutaryo, lonjakan harga kacang kedelai di dalam negeri disebabkan RI menganut pasar bebas dan pihak yang mengimpor adalah swasta. Dengan demikian, jika harga internasional naik, maka otomatis harga di RI pun meningkat.
Ia berpendapat jika harga dipatok di level tertinggi dan pemerintah dapat mengamankan stok hingga waktu tertentu, maka harga kacang kedelai akan kembali stabil.
“Sekarang istilahnya kalau orang dagang, jual barang dapat barang, tapi kalau pemerintah kan beda tata niaganya diatur. Kalau pemerintah menguasai barang kan beda, jadi bisa 3 bulan barang dikuasai harga nggak naik, tapi kalau swasta nggak bisa,” tutup Sutaryo.
[SAS]