MANAberita.com – ANAK buah Kolonel Priyanto, yaitu Kopda Andreas Dwi Atmoko, menjelaskan yang terjadi sebelum insiden kecelakaan yang menabrak Handi Saputra (18) dan Salsabila (14) di Nagreg, Jawa Barat.
kejadian tersebut berawal saat Kolonel Priyanto bersama dua anak buahnya, yaitu Kopda Andreas Dwi Atmoko dan Koptu Achmad Sholeh, berangkat dari Yogyakarta menuju Jakarta. Saat itu, mereka melewati Bandung dan sempat ke rumah teman perempuan Kolonel Priyanto yang bernama Lala.
“Dari Yogya menuju Jakarta melewati Bandung, mampir ke rumah Saudari Lala. Setahu saya teman perempuan terdakwa. Terdakwa ada istrinya. Jemput teman perempuan terdakwa. Tidak bermalam,” kata Kopda Andreas di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta Timur, Selasa (15/3/2022).
Melansir Detikcom, mereka menuju Jakarta untuk mendampingi Kolonel Priyanto dalam agenda rapat di Jakarta. Kolonel Priyanto dengan Lala beserta kedua anak buahnya juga bermalam di Jakarta.
“Melanjutkan perjalanan ke Jakarta jam 11.00 siang. Tiba di Bandung jam 09.00 pagi. Kemudian ke Cimahi. Jam 11.00 lanjut lagi. Lala ikut. Jadi berempat. Tujuannya rapat. Kurang lebih pukul 03.00 sore sampai di Jakarta. Nginep satu malam. Malam Senin. Rapatnya hari Senin,” jelas Kopda Andreas.
“Dua kamar, saksi dua dengan saksi tiga (Kopda Andreas Dwi Atmoko dan Koptu Achmad Sholeh). Terdakwa bersama saudara Lala. Di Hotel 88, rapatnya di Hotel Aston Kartika,” sambungnya.
Pada Selasa (7/12/2021), mereka melakukan perjalanan menuju Cimahi untuk mengantarkan Lala pulang. Setelah diantarkan, Kolonel Priyanto beserta dua anak buahnya melanjutkan perjalanan pulang menuju Yogyakarta.
“Rapat selesai hari Selasa, 7 Desember jam 12.00 siang. Setelah rapat menuju ke Bandung. Yang menyetir saksi tiga. Dari Jakarta jam 12.15. Berangkat dari Jakarta ke Bandung kurang-lebih 15.30,” ujar Kopda Andreas.
“Menginap lagi di Hotel Ibis. Saksi dua dan saksi tiga, terdakwa bersama Lala. Keluar dari Hotel Ibis, menuju ke Yogya keluar jam 10.00 pagi. Menuju ke Yogya. Lala diantar ke Cimahi, tidak ikut ke Yogya. Jadi setelah itu ke Yogya, setelah dari Cimahi,” tambahnya.
Dia mengatakan, dalam perjalanan menuju Yogyakarta itulah peristiwa kecelakaan dengan Handi dan Salsa terjadi. Dia menyebut Handi dan Salsa berboncengan sepeda motor. Mereka disebut berjalan berlawanan arah dan hendak menyalip truk.
Saat hendak menyalip, katanya, sepeda motor itu menyenggol truk hingga terjatuh ke arah jalur mobil yang ditumpangi Kolonel Priyanto dkk. Kopda Andreas selaku orang yang menyetir mobil saat itu mengaku sempat mengerem mobil, tapi tetap menabrak sepeda motor.
“Kami melihat dua pengemudi berboncengan sepeda motor tanpa menggunakan helm, berlawanan arah, posisi di belakang truk. Posisi mau menyalip truk. Nyenggol truk,” kata Kopda Andreas.
“Korban dari lawan arah terlempar jatuh terlebih dahulu ke sebelah kanan truk masuk ke jalur saya. Saya sempat ngerem, saya rem tangan. Sudah terlalu dekat terjadi benturan,” sambungnya.
Handi dan Salsa langsung diangkat dan dibawa ke dalam mobil. Kopda Andreas mengaku melihat ada puskesmas dan hendak membawa Handi dan Salsa ke puskesmas. Namun, katanya, dia dilarang oleh Kolonel Priyanto.
“Saya melihat puskesmas. Sebelum Puskesmas Limbangan kasih saran ke beliau, ‘Mohon izin ada puskesmas harus bawa ke puskesmas’, tapi beliau tidak mendengarkan, lanjut,” ujar Kopda Andreas.
Kopda Andreas juga menceritakan saat itu dirinya bersama Kolonel Priyanto dan Koptu Achmad mencari sungai untuk membuang jasad Handi dan Salsa. Setelah ditemukan tempat yang tepat, jasad Handi dan Salsa dibuang ke sungai.
“Mencari sungai, untuk membuang kedua korban. Pertama kali masuk ke kampung-kampung salah, nyari lagi ke jalan raya, cari sungai lain lagi. Jalannya sempit, masuk lagi ke jalan utama menuju ke arah Banyumas. Mobil parkir di jembatan, posisi di tengah jembatan dengan lampu mobil masih menyala. Jam 10.00 malam,” tutur Kopda Andreas.
“Turun dari mobil, hanya lampu kecil yang menyala. Diperintahkan terdakwa turun dari mobil. Saksi tiga masih dalam kondisi di mobil, jadi saksi dua dan terdakwa mengeluarkan perempuan. Dibuang dari atas jembatan,” sambungnya.
Menurut Kopda Andreas, saat itu Handi dan Salsa meninggal dunia akibat kecelakaan. Dia menyebutkan saat itu tubuh Handi sudah kaku.
“Yang perempuan setahu saya sudah (meninggal dunia),” jelas Kopda Andreas.
“Badannya sudah kaku. Setahu saya sudah kaku,” sambungnya.
[sas]