Tentara Rusia Dikabarkan Mulai Mengalami Frustasi dan Beberapa Sengaja Sabotase Kendaraannya Agar Cepat Pulang

Manaberita.com – DILAPORKAN bahwa Pasukan Rusia yang menginvasi Ukraina mulai frustasi dan mengalami kemunduran moral.

Menurut seorang pejabat Pentagon seperti dilansir New York Times, Banyak dari mereka dikabarkan tidak mau lagi berperang dengan sengaja menyabotase kendaraan sendiri.

Dilansir dsri Tribunnews.com, Tak hanya itu, para prajurit muda itu disebut menderita kekurangan logistik, termasuk makanan dan bahan bakar.

Menurut laporan yang dilansir Hindustan Times pada Rabu (2/3/2022), Pejabat tersebut mengatakan bahwa sebagian besar tentara ini adalah pejuang muda tanpa pelatihan yang layak.

Mereka juga tidak mengharapkan perlawanan keras seperti yang telah dilancarkan pasukan dan masyarakat sipil Ukraina.

Beberapa dari pasukan Rusia ke Ukraina, menurut pejabat AS, bahkan tidak diberitahu bahwa mereka dikirim untuk berperang.

Para prajurit ini meletakkan senjata mereka tanpa perlawanan, melubangi kendaraan mereka hanya untuk menghindari pertempuran, kata laporan itu.

Penilaian itu kemungkinan dibuat berdasarkan pernyataan tentara Rusia yang ditangkap.

Para pejabat AS mengatakan minimnya pasokan bahan bakar pasukan Rusia ini membuktikan mengapa konvoi 60 km di dekat Kiev, seperti yang terlihat pada gambar satelit, sekarang hampir bergerak merangkak.

Perlambatan juga membeli waktu bagi mereka untuk berkumpul kembali dan merekayasa ulang rencana pertempuran mereka.

Menurut Pentagon, militer Rusia menunjukkan perilaku menghindari risiko sejak peluncuran serangan.

Rekaman suara yang diperoleh perusahaan intelijen Inggris, seperti dilansir Daily Mail, mengungkapkan bahwa tentara Rusia benar-benar kacau.

Laporan tersebut mengklaim bahwa mereka menolak untuk mematuhi perintah komando pusat untuk menyerang kota-kota Ukraina dan mengeluh tentang kehabisan stok.

Shadowbreak, badan intelijen yang mengklaim telah mencegat pesan-pesan ini, mengatakan sejak awal operasi Kamis lalu (24/2/2022), militer Rusia telah menunjukkan kurangnya dukungan logistik.

“Unit-unit Rusia di darat kemudian dilacak, seperti Buran-30, yang kami dengar merencanakan serangan artileri di lokasi sipil. Kami juga dapat mendengar sinyal pengganggu yang mencoba merusak kemampuan koordinasi dan komunikasi Rusia,” katanya.

Baca Juga:
Jerman Berkeinginan Untuk Membeli Rudal Sebagai Sistem Pertahanan Untuk Berjaga-Jaga Setelah Invasi Yang Dilakukan Rusia

“Kami juga mendengar mereka menangis selama perkelahian di dekat Kharkhiv, seperti yang terdengar dalam rekaman ini. Juga memiliki masalah bahan bakar, kesulitan berkoordinasi karena kurangnya peta. Sementara juga meminta dukungan udara atau berbicara tentang serangan Iskander.”

Setiap percakapan telah menampilkan minimnya koordinasi antar unit, bahkan terkadang mereka saling tembak-menembak. Faktanya mereka dilengkapi dengan radio analog, dan kurang dukungan logistik.

Tentara Menangis Kirim Pesan ke Ibunya

Sebuah pesan pilu yang diduga berasal dari tentara Rusia mengungkapkan beberapa hal tentang penyerangan ke Ukraina.

Seorang tentara Rusia diduga mengirim pesan ke ibunya sebelum tewas terbunuh, bahwa dirinya ketakutan dan mengakui menyerang warga sipil Ukraina.

Baca Juga:
Tentara Konflik Sudan Berjuang Mempertahankan Pangkalan Udara Wadi Saeedna

Pesan itu diungkapkan oleh Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya di depan 193 anggota Majelis Umum PBB, Senin (28/1/2022).

Saat itu, anggota Majelis Umum PBB tengah melakukan pertemuan luar biasa terkait resolusi yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Kyslytsya mengatakan pesan teks itu diperoleh dari ponsel pintar seorang tentara Rusia yang terbunuh,

Ia pun menunjukkan kepada majelis sebuah halaman yang disebut tangkapan layar dari pesan-pesan itu, yang kemudian ia bacakan.

Percakapan itu dimulai ketika ibu sang tentara bertanya kepada putranya di mana ia berada.

Baca Juga:
Bahaya! Gangguan Saluran Komunikasi Yang Menjaga Perdamaian selama Perang Dingin Risiko Konfrontasi Nuklir Dapat Terjadi

Mengapa begitu lama ia tak memberikan kabar, dan apakah ia masih melakukan latihan.

Sang putra yang adalah tentara Rusia mengatakan bahwa ia tak lagi berada di Criema, tetapi sudah berada di Ukraina, berperang degan warga sipil yang katanya telah menyambut pasukan Rusia.

“Ibu, saya ada di Ukraina. Perang yang sebenarnya telah berkecamuk. Saya takut. Kami mengebom semua kota bersamaan, bahkan menargetkan warga sipil,” tulisnya seperti dikutip dari The Times of Israel.

“Kami diberitahu bahwa mereka akan menyambut kami, dan mereka berjatuhan di belakang kendaraan lapis baja kami, mereka melemparkan diri ke bawah ban dan tak membiarkan kami lewat. Mereka memanggil kami fasis. Ibu ini begitu berat” tambahnya.

Kyslytsya pun mengungkapkan tak lama kemudian tentara Rusia itu tewas.

Baca Juga:
Visa Dan Mastercard Menangguhkan Operasi Rusia

“Bayangkan saja besarnya tragedi tersebut,” tambahnya.

Saat ini setidaknya ada 38 negara yang akan melaporkan Rusia ke Pengadilan Kriminal Internasional karena kejahatan perang di Ukraina.

Hal itu berkaitan dengan laporan semakin banyaknya warga sipil yang menjadi korban.

Padahal Rusia sebelumnya sempat mengungkapkan tak akan melakukan penyerangan terhadap warga sipil serta fasilitas umum di Ukraina.

[Rik]

Komentar

Terbaru