MANAberita.com – PENOLAKAN Ustaz Abdul Somad (UAS) dari Singapura menuai kecaman dari berbagai pihak. Bahkan puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Ormas Islam Sumut Bela Ulama melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Singapura di Medan, Jumat (20/5).
Pengunjuk rasa datang membawa sejumlah spanduk bertulisan kecaman terhadap Singapura antara lain ‘Usir Dubes Singapura’, ‘Singapura Zionis Israel’, ‘Singapore Villains Lair’ hingga ‘Boikot Produk Singapura’.
Melansir CNN Indonesia, Perwakilan dari Aliansi Ormas Islam Sumut Bela Ulama, Ustaz Heriansyah mengatakan apa yang dilakukan Singapura terhadap UAS sangat melukai hati umat Islam dan menciderai kedaulatan NKRI.
“Apa yang dilakukan oleh Pemerintahan Singapura kepada Ustaz Abdul Somad, itu sangat melukai Hati umat Islam dan harusnya ini sudah menciderai kedaulatan NKRI. Kita negara besar. Singapura itu negara kecil. Harusnya bisa berdiri sama tegak,”ucapnya.
Sebab UAS merupakan warga negara Indonesia dan bukan pelaku kriminal. UAS merupakan Ulama kebanggaan Indonesia yang juga merupakan intelektual. Perlakuan Singapura terhadap Ustaz asal Sumatera itu sangat tidak adil.
“Dia bukan pelaku kriminal. Bahkan dia adalah warga, dalam tanda petik, warga berkelas. Karena dia seorang intelektual, seorang profesor. Semua ucapannya didasari landasan akademis yang kuat. Jangan karena praduga, membuat seseorang diperlakukan tidak adil,” tegasnya.
Menurut Heriansyah, UAS sangat disegani bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan Asia Tenggara. Perlakuan negara Singapura ini ini tentunya menuai kemarahan dari umat Islam.
“Di Indonesia, bahkan kawasan Asia Tenggara, orang memandang Ustaz Abdul Somad sebagai sosok kharismatik. Di Indonesia, untuk mendengar beliau ceramah, harus menunggu satu sampai dua tahun. Orang rela mendengar ceramah beliau jam berapa pun,” paparnya.
Heriansyah mengatakan pihaknya telah bertemu dengan perwakilan Konjen Singapura di Medan. Dalam pertemuan itu, mereka menuntut permintaan maaf dari Singapura. Akan tetapi Konjen Singapura menolak mentah-mentah permintaan itu.
“Tadi kita meminta pemerintah Singapura mengklarifikasi ini secara G to G, dan meminta maaf atas kondisi itu. Nampaknya mereka berpegang pada argumentasi mereka. Tadi kita tidak melihat ada mengarah kepada permintaan maaf. Maka kita mengimbau jemaah akan evaluasi, ” ungkapnya.
Pemerintah Singapura mengungkap alasan penolakan itu sebab UAS dinilai sebagai tokoh ekstrimis dan melakukan segregasi atau memecah belah masyarakat.
Mengutip situs resmi Kemendagri Singapura, UAS dianggap tidak bisa diterima oleh masyarakat Singapura yang cenderung multiras dan multiagama.
“Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura,” mengutip situs resmi Kemendagri Singapura.
“Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi ‘syahid’.”
(sas)