Gerainya Dijarah Masyarakat Saat Gempa Palu, Jawaban Bos Alfamart ini Bijak Banget!

  • Rabu, 03 Oktober 2018 - 20:32 WIB
  • Viral
Gerainya Dijarah Masyarakat Saat Gempa Palu, Jawaban Bos Alfamart ini Bijak Banget!
Gerainya Dijarah Masyarakat Saat Gempa Palu, Jawaban Bos Alfamart ini Bijak Banget!

MANAberita.com — MUSIBAH bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, mengalami krisis pasokan makanan. Hal ini membuat masyarakat yang menjadi korban mengambil makanan di gerai-gerai minimarket, termasuk anak usaha PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart), PT Midi Utama Indonesia (Alfamidi).

Direktur Utama Alfamart Hans Prawira menyampaikan duka yang mendalam atas kejadian musibah tersebut dan memilih mengevakuasi korban khususnya para pe kerja atau karyawan perusahaan yang menjadi korban bencana gempa.

Hans menekankan, tidak ada satu pun outlet Alfamart di Palu. Yang ada hanyalah sebanyak 41 gerai Alfamidi yang merupakan manajemen terpisah dari induk usaha Alfamart.

“Saya kira dalam kondisi berduka saat ini, fokus kami lebih kepada evakuasi korban dan pemulihan kondisi lapangan supaya bisa secepatnya melayani masyarakat Palu yang sangat membutuhkan kebutuhan sehari-hari. Mengenai hitung-hitungan kerugian dan lain-lain masih dievaluasi, dan rasanya kurang tepat kita bicara ini dalam kondisi saat ini,” ujarnya, mengutip Jawapos.

Hal senada juga dikatakan oleh Direktur License dan Corporate Affair Sumber Alfaria Trijaya, Solihin. Atas nama Alfamidi, Solihin menjelaskan, pihaknya saat ini tengah berfokus pada evakuasi seluruh karyawan dan pemulangan karyawan yang asalnya berada dari luar Palu.

“Di sana ada 41 toko Alfamidi. Akibat musibah gempa kemarin, tiga di antaranya toko kami mengalami kerusakan berat. Artinya rata dengan tanah, hancur. Salah satu toko itu menimpa lima orang karyawan kita yang sedang bekerja yang berhasil dievakuasi dan 5 orang meninggal dunia dalam reruntuhan,” tuturnya.

Proses evakuasi seluruh 500 karyawan di Palu masih terus dilakukan, di antaranya 50 karyawan yang berasal di luar Palu. Solihin mengaku, jaringan komunikasi dan transportasi masih menjadi kendala.

“Keluarga (karyawan) yang kita tempatkan di sana yang kita kirim di luar Palu ada sekitar 50-an yang keluarganya minta dipindahkan dulu dari kota Palu. Kita fokus di situ dulu supaya warga juga sudah lebih tenang,” imbuhnya.

Solihin mengaku, produk gerai Alfamidi yang berada di sana sudah habis termasuk District Center atau gudang suplai produk yang diperkirakan mencapai angka miliaran rupiah. Pihaknya juga belum sepenuhnya menginventarisasi kerugian perusahaan terkait barang-barang yang diambil oleh masyarakat akibat krisis makanan saat terjadinya gempa.

Baca Juga:
Suami Bunuh Istri dan Bayinya yang Berusia 40 Hari, Alasannya Bikin Kaget

“Ini adalah musibah dan kami juga kena bencana itu kami kena berduka dan prihatin. Satu toko Rp 300 juta minimal. Barang dagangan bukan inventaris diluar komputer AC (pendingin ruangan) dll. Begitu juga dengan persediaan toko kita nilai segitu (miliaran),” ucapnya.

Solihin juga menyebut, saat ini perusahaan juga berfokus pada penyaluran bantuan meskipun terkendala transportasi dan konektivitas.

“Kalau sejak awal saja dengan musibah kita bertekad memberikan bantuan yg didatangkan dari daerah terdekat di sana, tapi kan masih dalam keadaan yang sulit termasuk transportasi. Kita memberikan termasuk paling cepat. Hanya saja kemarin karena terputusnya komunikasi dan sinyal maka cara mengirim bantuan dari luar Palu dan transportasi yang terjadi barang-barang juga enggak ada di sana, tuturnya.

Baca Juga:
Cuma Punya Ijazah SMA Tapi Bermimpi Punya Gaji Besar? Inilah 5 Pekerjaan yang Mungkin Cocok Untukmu!

Selain itu, Solihin juga mengaku, pihaknya juga belum melakukan koordinasi dengan pemerintah dalam hal penyediaan makanan di gerai-gerai yang membuat masyarakat berbondong-bondong mendatangi toko.

“Saya enggak bisa komentar karena enggak ada koordinasi langsung oleh pemerintah. Seperti yang saya bilang orang berbondong-bondong datang ke gerai kita mengambil barang yang dia mau. Mungkin kalau dikatakan penjarahan kurang pas karena kepepet. Koordinasi dengan pemerintah enggak ada. Semua juga sudah terjadi. Kita ingin jadi bagian dengan kondisi yang sama-sama enggak bisa diinginkan,” tandasnya. (Dil)

(Sumber: Jawa Pos)

Komentar

Terbaru