MANAberita.com — PERKEMBANGAN kasus penemuan mayat guru honorer yang mayatnya dalam koper di Blitar, mulai menemui titik terang.
Polisi telah mengumpulkan sejumlah data dari kasus pembunuhan terhadap Budi Hartanto di Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar tersebut.
Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengungkapkan, ada dugaan pembunuhan seorang guru honorer dilakukan secara berkelompok.
“Ada indikasi juga pelaku pembunuhan dilakukan secara berkelompok,” katanya.
Dugaan itu, lajut Frans Barung, diperkuat karena lokasi di temukannya koper berisikan mayat pria guru honorer asal Kediri itu, berada di pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar.
Medan lokasi yang cukup sulit, dinilai Frans Barung, mustahil dilakukan pelaku seorang diri.
“Karena tidak mungkin yang bersangkutan membuang mayat itu seorang diri,” lanjutnya.
Posisi mayat itu tertekuk memenuhi ruang koper itu. Saat diidentifikasi, mayat itu dalam keadaan terpotong tanpa kepala.
Selain itu juga terdapat beberapa luka goresan di beberapa anggota tubuh mayat tersebut, meliputi tangan dan kaki.
Sekadar diketahui, sesosok mayat ditemukan di dalam koper yang tergeletak di pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar, Rabu (03/04).
Mayat berjenis kelamin laki-laki itu bernama Budi Hartanto (28), warga Jalan Taman Melati, Tamansari, Kediri.
Ia dikenal pendiam, dan berprofesi sebagai guru kesenian di SDN Banjarmlati yang berstatus sebagai guru honorer.
Kasus penemuan mayat tanpa kepala dalam koper di bawah Jembatan Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, diambil alih oleh Polda Jatim.
Hal itu seperti yang disampaikan oleh Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Frans Barung Mangera, Kamis (04/04).
Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengungkapkan, keputusan itu harus diambil oleh pihaknya, mengingat kasus penemuan mayat itu merujuk pada dua lokasi berbeda.
“Karena 2 lokasi ini memiliki waktu yang berbeda maka untuk pengusutan dan penyidikan kasus ini akan diambil alih secara penuh oleh pihak Direktorat umum kriminal Polda Jatim,” katanya.
Lokasi pertama, Kota Blitar sebagai lokasi ditemukannya mayat pertama kali. Tepatnya di pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar.
Lokasi kedua, Kota Kediri sebagai lokasi domisili korban. Korban diketahui tinggal di alamat Jalan Taman Melati, Tamansari, Kediri.
Alasan utama dari Polda Jatim untuk mengambil alih kasus ini, agar memudahkan proses penyelidikan tersebut.
“Kenapa diambil kali karena 2 yuridis ini harus kita koordinasikan dengan cepat,” lanjutnya.
Mengingat kasus tersebut sudah terlanjur terekspos media, Frans Barung khawatir jika tidak dilakukan dengan cara demikian, besar kemungkinan pihak tersangka melarikan diri lebih jauh.
“kalau tidak cepat apalagi kasus ini sudah terblokir di media yang kita kuatirkan pelakunya akan melarikan diri lebih jauh,” tandasnya.
Laporan terakhir yang diterima Frans Barung, penyidiknya telah kantongi beberapa data.
Perihal beberapa anggota tubuh mayat korban yang masih hilang, diakui Frans Barung, pihaknya masih melakukan pencarian.
Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, pihak penyidik telah lakukan pemeriksaan belasan orang yang berkaitan dengan penemuan mayat dalam koper di Blitar.
Ia menyebut, sejauh ini sudah ada sedikitnya 13 orang yang telah diminta keterangan.
Secara spesifik, Frans Barung tidak bisa menjelaskan, siapa saja identitas 13 orang itu.
Ia juga tidak bisa menyebutkan, siapa saja sosok yang memiliki kemungkinan besar menjadi terduga pelaku pembunuhan.
“Kami sudah mintai keterangan pada 13 orang, iya tadi ketambahan satu jadi 13 orang,” katanya.
Namun, ungkap Frans Barung, mereka yang dimintai keterangan oleh penyidik adalah orang-orang yang terbilang dekat dengan korban.
Dan, orang-orang yang berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung dengan korban beberapa hari sebelum korban ditemukan tewas.
“13 orang itu adalah mereka yang terbilang dekat dan mereka yang terbilang terakhir berkomunikasi dengan si korban,” lanjutnya.
Frans kembali mengatakan, terdapat beberapa luka sayatan pada mayat Budi Hartanto (26) yang ditemukan di dalam koper yang tergeletak di pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar, Rabu (03/04) lalu.
“Tempat mayat dalam koper memang ada beberapa sayatan sayatan dan bekas-bekas luka yang ditinggalkan,” katanya.
Beberapa luka sayatan tersebut menjadi bukti otentik yang bakal menjadi rujukan penyidik Polda Jatim menentukan kapan dan seberapa lama korban meninggal.
“Saat ini penyidik sedang mengidentifikasi untuk melihat apakah sayatan yang ditinggalkan itu berhubungan dengan lamanya waktu meninggalnya korban,” lanjutnya.
Luka sayatan itu terdapat di beberapa bagian tubuh mayat guru honorer tersebut. Di antaranya, terdapat di lengan, dan kaki.
“Luka-luka yang teridentifikasi pada tubuh korban meliputi luka sayatan di bagian lengan,” tandasnya.
Banyak spekulasi tentang motif pelaku pembunuhan seorang guru honorer asal Kediri yang jadi mayat dalam koper, Rabu (3/4/2019) lalu.
Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, sebelum pelaku utama pembunuhan tertangkap.
Pihaknya belum bisa memastikan, motif yang dipikirkan pelaku hingga tega memutilasi guru kesenian di SDN Banjarmlati yang berstatus sebagai guru honorer itu.
“Penjelasan motif akan kami ekspos secara utuh Ketika pelakunya sudah tertangkap,” katanya.
Namun, ungkap Frans Barung, sedikitnya ada tiga kemungkinan motif yang menjadi spekulasi banyak pihak.
Pertama. Motif Asmara.
Kedua. Motif Dendam Pribadi.
Ketiga. Motif Ekonomi.
“Ada yang berspekulasi masalah asmara, masalah dendam, masalah ekonomi,” lanjutnya.
Frans Barung tidak menjelaskan secara rinci motif Asmara dan motif dendam pribadi, selama proses penyidikan masih berlangsung.
Namun, dugaan pembunuhan bermotif ekonomi, bagi Frans Barung, terbilang cukup logis, mendasari perbuatan pelaku.
Lantaran, beberapa benda pribadi korban seperti motor, ternyata tidak diketahui keberadaannya.
“Karena beberapa barang seperti motor juga hilang,” tandasnya. (Alz)
(Sumber: Tribun Jatim)