MANAberita.com – PELAKU mutilasi di Pasar Besar Malang, Sugeng Angga Santoso rupanya memiliki kisah asmara yang rumit.
Hal ini diketahui dari penyelidikan pihak kepolisian yang menangani kasus mutilasi yang dilakukan oleh Sugeng.
Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri mengatakan bahwa Sugeng dan korban terjalin hubungan asmara.
Selain itu, pelaku juga ternyata pernah mempunyai tiga istri, namun pernikahan mereka berakhir dengan perceraian.
“Pelaku merasa ingin memiliki korban. Pelaku pernah punya tiga istri, lalu dipisahkan, jadi pelaku punya istri lagi,” ujar Asfuri, mengutip Serambi Indonesia.
Tidak hanya itu, Sugeng juga pernah menyukai adik kandungnya sendiri. Menyukai adik kandung sendiri menjadi awal mula Sugeng mengalami gangguan kejiwaan.
Hal itu diketahui berdasarkan keterangan dari seorang warga Jodipan, Narto (51).
Berdasarkan keterangan Narto, warga yang tinggal di dekat rumah Sugeng dulu sudah curiga dengan gerak-geriknya ketika bersama sang adik.
Saat berada di rumah, tingkah laku Sugeng tidak terlihat sebagai seorang kakak.
Sugeng justru terlihat seperti pacar ketika bersama adiknya. Ia selalu menempel dengan adiknya kemana-mana.
“Dulu kalau di rumahnya itu seperti pacarnya sendiri,” ujar Narto.
Karena perasaan tidak wajar tersebut, tiap kali sang adik mempunyai pacar, Sugeng langsung marah.
“Tiap kali adiknya membawa pacar, pasti selalu konflik dengan Sugeng. Itu terjadi berulang kali,” terangnya lagi.
Karena kejadian tersebut, orang tua yang mencurigai akhirnya memisahkan Sugeng dengan adiknya.
“Kejadian itu sudah lama. Akhirnya orang tuanya memisahkan Sugeng dengan adiknya,” ujarnya.
Setelah itu, Sugeng tidak pernah lagi bertemu dengan sang adik. Kendati demikian, saat ditanya terkait nama adik Sugeng, Narto tidak ingat.
Adik Sugeng saat ini sudah dipindahkan dari Jodipan. Begitu juga dengan Sugeng yang tidak lagi tinggal di rumah orang tuanya.
Sugeng harus hidup sebatang kara karena ditinggal sanak saudaranya.
Kedua orang tuanya juga sudah meninggal dunia.
Rumah orang tua Sugeng pun sudah dijual sekitar 7 atau 8 tahun lalu.
Hal itu berdasarkan keterangan dari Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan, Muhammad Luthfi (46).
Menurut Luthfi, Sugeng meninggalkan Jodipan usai rumahnya dibeli orang lain.
“Rumah Sugeng dibeli ayah saya sekitar 7 atau 8 tahun lalu. Saya tidak tahu kenapa rumah itu sampai dibeli.”
“Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana,” ucapnya.
Sejak saat itu, Sugeng jarang terlihat di kampung. Ia lebih banyak terlihat di pinggir jalan di sekitar Jalan Gatot Subroto sampai sekitar Pasar Besar Malang.
Berdasarkan keterangannya, Sugeng kembali terlihat di Jodipan baru sekitar 5 bulan ini.
Sugeng selama ini tidur di samping rumah kosong di jalan Jodipan Wetan Gang III RT 02 RW 06.
Dalam rumah tersebut terdapat beberapa tulisan aneh yang ia tulis sendiri.
Diberitakan sebelumnya, korban mutilasi berjenis kelamin wanita ditemukan di Pasar Besar Kota Malang pada Selasa (14/05) sekitar pukul 13.30 WIB.
Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan potongan tubuhnya yang tersebar di tiga titik lokasi berbeda di eks Gedung Matahari Departement Store Pasar Besar.
Potongan kedua kaki korban ditemukan di tangga sisi timur bersama potongan tangan, sementara kepala dan tubuh korban masing-masing ditemukan di tangga bagian tengah dan kamar mandi.
Setelah dilakukan penyelidikan, polisi akhirnya berhasil menemukan pelaku mutilasi korban dari petunjuk tulisan atau tato yang ada di telapak kaki korban.
Pelaku mutilasi, Sugeng ditangkap setelah tim K-9 polres Malang Kota melibatkan anjing pelacak dalam pencarian pelaku pada Rabu (15/5/2019).
Saat ditangkap, Sugeng mengaku memutilasi korban, namun tidak membunuh wanita yang belum diketahui identitasnya tersebut.
Lewat keterangannya, wanita tersebut meninggal dunia karena sakit yang ia derita.
Setelah meninggal selama 3 hari, Sugeng kemudian memutilasinya menggunakan gunting rambut dengan alasan karena korban sendiri yang memintanya. (Alz)