Waduh! Dianggap Terlalu Kritis dan Sering Mengkritik Sekolah, Pelajar SMA Berprestasi di NTT Tidak Diluluskan

  • Rabu, 22 Mei 2019 - 06:13 WIB
  • Viral
Aldi Irfan

 

Aldi Irfan

MANAberita.com — SEORANG pelajar SMA di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, bernama Aldi Irfan disebut tidak diluluskan oleh kepala sekolah, karena dianggap terlalu kritis dan sering mengkritik kebijakan sekolah.

Mengutip Viva.co.id, siswa SMAN 1 Sembalun, Kecamatan Sembalun itu dikenal anak yang kritis, sekaligus cerdas di sekolahnya. Sikap kritis ditunjukkan, saat beberapa rekannya diusir dari sekolah, lantaran telat hanya beberapa menit.

Padahal, penyebab rekannya telat, lantaran dalam kondisi hujan dan ada perbaikan jalan menuju sekolah, sehingga akses sangat berlumpur. Aldi memprotes aturan tersebut.

Tidak hanya itu, kepala sekolah juga pernah menegurnya, karena menggunakan jaket saat berada di sekolah. Aldi pun mengkritisi kebijakan tersebut. Terlebih lagi, kondisi Sembalun yang udaranya selalu dingin, menurut dia, membuat jaket sangat dibutuhkan.

Baca Juga:
Diduga Lengah Dari Pengawasan Orang Tua, Anak-Anak Main Becak Mini di Jalan Ditabrak Tronton

“Waktu itu, kawan saya sudah melepas jaket, malah dilempar bak sampah dan dipukul,” ungkap Aldi.

Rusman, kakak kandung Aldi mengatakan, sikap kritis Aldi sangat wajar.

“Jalan-jalan licin dan hujan, kawan-kawan Aldi diusir dan gerbang dikunci. Itu yang diperjuangkan Aldi. Kemudian gara-gara jaket, padahal cuaca di sini dingin,” ujarnya.

Baca Juga:
Ketahuan Lirik Istri Orang, Pria ini Sampai Buat Surat Perjanjian, Isinya Bikin Ngakak

Dia mengungkapkan, kepala sekolah beberapa kali memang mengancam adiknya tidak diluluskan, jika masih sering melawan aturan yang ditetapkan sekolah. Bahkan, kepala sekolah mengutus dua guru ke rumah Aldi.

Aldi dan keluarga telah berupaya meminta maaf, dengan dua kali menemui kepala sekolah di rumahnya. Namun, Aldi tetap tidak diluluskan. Bahkan, belakangan ini kepala sekolah berdalih permohonan maaf tidak diberikan, lantaran Aldi dan orangtua ke rumah kepala sekolah pada hari Minggu dan disayangkan bukan saat jam kerja.

“Padahal, kan minta maaf bisa kapan-kapan saja,” cetus Rusman. (Ila)

Komentar

Terbaru