— MALANG dialami Siti Aminah (18). Nyawa ibu muda satu anak ini berakhir ditangan suaminya Dini Alias Ciking (28), Kamis (05/09) pukul 12.00 wita, di rumahnya di Desa Tambak Pipi’i Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Korban tewas akibat dianiaya dengan dua kali tusukan senjata tajam, yang mengenai bagian dada sebelah kiri, serta perut sebelah kiri.
Korban tewas di tempat, karena kehilangan banyak darah. Sementara, suami korban yang tega menghabisi ibu dari anaknya tersebut langsung menyerahkan diri ke Polsek Padang Batung, dibantu aparat desa setempat.
Kapolres HSS AKBP Dedy Eka Jaya, melalui Kasubbag Humas Polres HSS Iptu Sugandhi Ranu, malam ini menjelaskan, peristiwa berdarah tersebut terjadi di dalam rumah korban.
“Sebelumnya, antara korban dan tersangka terjadi selisih paham dalam sebuah pembicaraan, hingga menimbulkan pertengkaran hebat. Saat itu tersangka yang emosi, mengambil senjata tajam dan menusuk korban sebanyak dua kali, ke bagian dada dan perut, hingga korban tersungkur di dinding rumah, dan jatuh di atas tempat tidur dan meninggal dunia di tempat,” ungkap Gandhi, melansir Tribun Banjarmasin.
Usai melakukan penusukan, jelas Gandhi tersangka langsung pergi meninggalkan korban, lalu menyerahkan diri ke Polsek Padang Batung didampingi aparat desa.
Sedangkan korban oleh anggota Polsek dibawa ke Rs H Hasan Basry Kandangan, untuk divisum. Polisi pun menyita barang bukti berupa senjata tajam penikam atau penusuk jenis pisau, milik korban satu lembar kaus abu-abu tua yang robek dan ada bercak darah, satu lembar celana jis biru yang juga terdapat bercak darah serta satu bra warna hitam ada bercak darah.
Tersangka sampai saat ini diamankan di Polsek Padang Batung. Mengenai penyebab korban dan tersangka cekcok, belum dijelaskan. Beredar gosip jika kejadian ini terjadi karena korban sering minta pulang ke rumah orangtuanya di Desa Muning Tengah Rt 004 Kecamatan Daha Selatan, HSS.
Korban diketahui ibu rumah tangga, yang dari hasil pernikahannya dikaruniai satu anak. Sedangkan tersangka bekerja sebagai petani yang berkebun dan menurut warga, korban memang sering membawa senjata tajam ke mana-mana.
Mereka tinggal di Desa Tambak Pipi’i selama menikah. (Ila)