Tak Mau Mengerjakan PR, Ibu ini Pukul Kepala Anaknya Hingga Tewas

Ilustrasi

 

Ilustrasi

MANAberita.com — SEORANG ibu dari Kota Xianyang, provinsi Shaanxi di Tiongkok, baru saja dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Dia memukuli putranya sampai menderita cedera kepala parah dan meninggal karena muntah-muntah.

Dilansir dari Rakyatku melalui China Press, sang ibu, yang dikenal sebagai Hu, memasukkan putranya pada program homeschooling sejak Januari 2019. Sepanjang periode ini, dia merasa seolah putranya tidak cukup berkonsentrasi pada studinya.

Karena itu, dia berulang kali memukul kepalanya, jika dia tidak melakukan pekerjaan rumahnya.

Namun, suatu pagi Hu kembali memukul kepala putranya. “Dasar bodoh,” teriak Hu. Namun dia kemudian terkejut, saat putranya jatuh menggelepar-gelepar dan muntah. Dia segera mengirimnya ke rumah sakit, tetapi sudah telat. Bocah malang itu meninggal.

Forensik mengungkapkan, itu berulang kali dipukul kepalanya dengan benda tumpul beberapa kali sebelum kesempatan ini. Anak yang meninggal itu diketahui menderita pendarahan subarakhnoid, yang menyebabkan muntah.

Anak itu menghirup muntahnya sendiri, menyebabkan penyumbatan di jalan napasnya yang kemudian menghalangi trakea, sehingga dia tidak bisa bernapas.

Ketika polisi menyelidiki masalah ini, mereka mengkonfirmasi bahwa ibu dan putranya memiliki hubungan biologis, tetapi pihak berwenang tidak dapat segera menahannya karena dia sedang hamil.

Dia ditahan di Biro Keamanan Kepolisian Kabupaten Wugong untuk pemantauan, sebelum dituntut karena menyebabkan kematian yang lalai.

Baca Juga:
Pasutri di Lampung Selamat dari Serangan Beruang Liar Usai Tirukan Suara Kambing, Begini Kronologinya

Sementara pengadilan mengakui, perlakuan kasar Hu terhadap putranya melanggar hukum pidana dan dianggap sebagai kejahatan, hukuman yang lebih ringan tiga tahun penjara diikuti dengan masa percobaan tiga tahun ditimpakan, karena dia adalah pelaku pertama kali.

Begitu berita tentang penangkapan Hu diumumkan kepada publik, banyak yang marah karena dia diberi penilaian yang ringan. China Press melaporkan bahwa beberapa warganet mengatakan:

“Hanya karena dia hamil kamu membiarkannya pergi? Bagaimana dengan anak yang menderita?”

Baca Juga:
Tak Bisa Berbahasa Inggris, Guru di NTT Paksa Murid Minum Air Kotor

Yang lain setuju, bahwa sementara anak-anak harus didisiplinkan, ini terlalu jauh.

“Anak itu harus rajin belajar tetapi metode yang digunakan untuk mendisiplinkannya terlalu radikal.”

Mendisiplinkan anak Anda diperlukan ketika situasi membutuhkannya. Tetapi tidak sampai mengambil kehidupan yang berharga. RIP, nak. (Ila)

Komentar

Terbaru