MANAberita.com — VAPE atau rokok elektrik kebali menelan korban dari kalangan remaja.
Akibat vape remaja ini harus dilarikan ke UGD dan berjuang antara hidup dan mati.
Anthony Mayo (19) dikabarkan jatuh sakit pada minggu lalu di rumahnya di Erie, Pennsylvania, AS.
Ia mendadak tak dapat bernapas jika tidak dibantu.
Setelah dilakukan pemeriksaan, paru-paru Anthony ternyata telah terisi penuh oleh cairan minya vape yang mengeras.
Melansir dari Suar.id melalui Metro.co.uk, ayah Anthony, Keith Mayo mengatakan putranya masih remaja tapi paru-paru seperti orang berusia 60 tahun.
Dokter mengatakan paru-paru Anthony kemungkinan rusak seumur hidup.
Anthony pertama kali dibawa ke rumah sakit pada 8 September lalu setelah ia menderita batuk parah.
Dokter awalnya mengira dia menderita bronkitis dan memberinya antibiotik. Mengatakan bahwa Anthony akan sembuh dalam beberapa hari.
Dua hari kemudian, Anthony pucat dan tampak sakit, jadi dia kembali ke ruang gawat darurat.
Dokter khawatir dia mungkin menderita pneumonia sehingga mereka memberinya antibiotik dan steroid yang lebih kuat.
Tak juga sembuh dan malah meburuk Anthony pun dibawa ke dokter keluarga dua hari kemudian. Dokternya memberikan antibiotik dan steroid.
Dia juga meresepkan ‘puffer,’ yang merupakan obat yang dihirup untuk dengan cepat mengobati batuk atau sesak napas.
Tetapi kondisinya hanya semakin memburuk.
Sepanjang malam Anthony terus menerus batuk dan kembali dilarikan ke UGD pada Senin (16/09).
Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar oksigen dalam paru-paru Anthony hanya sebesar 30 persen.
Yang mana kondisi di bawah 90 persen saja sudah dianggap tidak normal.
Ini dikarenakan paru-paru Anthony telah dipenuhi minyak ayang mengeras yang bersumber dari vape yang dihisapnya.
Keith mengatakan putranya telah melakukan vaping selama kurang lebih dua tahun.
Dan telah mencoba minyak rasa seperti rasberi, ikan Swedia, permen kapas, roti cinnamon, dan lainnya.
Anthony juga terkadang menggunakan vape THC yang mana positif mengandung marijuana.
“Semua itu mengendap di paru-parunya,” ucap Keith.
Keith mengatakan putranya biasa menghirup vape 2 samapi 3 jam sehari.
Masa kritis Anthony sekarang sudah terlewati setelah dokter memberinya oksigen murni 100 persen untuk membantunya bernapas dan mengeluarkan minyak dari paru-paru.
“Oksigen yang diebrikan membantunya mencarikan minyak dari dalam paru-paru.
Ia akan batuk untuk mengeluarkannya. Beberapa hari pertama bercampur darah, lalu berwarna cokelat, kemudian hijau tua,” kata Keith.
Sudah cukup banyak kasus gangguan paru-paru akibat vape di AS. New York menjadi negara bagian pertama yang melarang vape atau e-rokok.
Pekan lalu, Presiden Donald Trump mengungkapkan rencana untuk memberlakukan larangan serupa di tingkat federal, setelah CDC mengumumkan sekarang ada 530 kasus gangguan paru-paru terkait dengan vape. (Alz)