MANAberita.com – SEBANYAK 3.000 orang warga Rusia yang ditangkap karena protes atas serangan militer ke Ukraina. Mereka memprotes keputusan Presiden Vladimir Putin yang mengerahkan pasukan untuk menginvasi Ukraina.
Sebelumnya pada Jumat (25/2), setidaknya 1.700 warga Rusia ditangkap di 53 kota Rusia.
Melansir dari CNNIndonesia.com, Meski banyak yang ditangkap, demonstrasi memprotes perang Rusia dan Ukraina ini terus berlanjut hingga Sabtu (26/2). Di hari ketiga demonstrasi tersebut, muncul gambar petugas polisi menahan pengunjuk rasa di St Petersburg dan Moskow, baik pria maupun wanita.
Dilansir dari Metro, dalam sebuah gambar tampak polisi di St Petersburg membawa pergi seorang wanita muda yang membawa tas hitam dengan tulisan, ‘Tidak ada perang’.
Menurut laporan dari organisasi hak asasi manusia Rusia, OVD Info setidaknya 3.000 orang telah ditahan oleh kepolisian atas protes anti perang tersebut. Demo tersebut dilaporkan di lebih dari 30 kota di Rusia.
Pada hari Sabtu (26/2), setidaknya 469 warga Rusia ditangkap, dan sekitar setengahnya ditangkap di Moskow.
Kepolisian Rusia dilaporkan tengah menindak protes anti perang, mengingatkan demonstrasi tidak berizin adalah ilegal.
Dilansir dari Forbes melalui CNNIndonesia.com, untuk menghindari polisi, beberapa pengunjuk rasa Rusia memilih untuk menggelar protes satu orang di Moskow dan alun-alun kota lainnya, dan beberapa lainnya turun ke jalan dalam kelompok-kelompok kecil untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Protes anti perang juga tak hanya berlangsung di jalan, melainkan di media sosial, bahkan oleh sejumlah tokoh terkemuka Rusia. Lisa Peskova, putri juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, memposting ke Instagram dalam bahasa Rusia ‘Tidak untuk perang.’
Lebih lanjut, dalam sebuah rekaman pidato yang dibagikan di Facebook pada Jumat (25/2), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada para pengunjuk rasa anti-perang di Rusia.
“Kepada semua warga Federasi Rusia yang keluar untuk memprotes, saya ingin mengatakan kami melihat Anda. Itu artinya Anda mendengar kami,” katanya.
Perang Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak Kamis (24/2) dan tercatat menyebabkan 198 korban tewas dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka.
[SAS]