Presiden Ukraina Merasa Tak Puas dengan Negosiasi yang Dilakukan dengan Rusia

Manaberita.com – VOLODYMYR Zelensky, Presiden Ukraina merasa tak puas dengan hasil negosiasi gencatan senjata dengan Rusia. Ia mengaku heran kenapa Rusia masih melakukan serangan ketika diskusi damai telah dilakukan.

Zelensky mengatakan Sinkronisasi pengeboman dengan proses negosiasi tampak jelas, ia percaya bahwa Rusia mencoba menekan kita dengan sederhana.

“Sinkronisasi pengeboman dengan proses negosiasi tampak jelas. Saya percaya Rusia mencoba menekan kita dengan sederhana. Jangan buang-buang waktu. Kita tidak menerima taktik-taktik seperti itu,” ujar Presiden Zelensky.

Melansir dari Liputan6.com, Presiden Volodymyr Zelensky juga berkata bahwa negosiasi adil baru bisa dilakukan jika serangan berhenti. Ia pun menyatakan tak ada hasil dari diskusi dengan Rusia, namun mengaku mendapatkan “sinyal.”

“Kami menerima beberapa sinyal-sinyal,” ujarnya. “Kita akan menganalisa apa yang telah kami dengar dan kemudian kita akan memutuskan bagaimana melanjutkan putaran kedua dari pembicaraan ini.”

Diskusi gencatan senjata antara Ukraina dengan Rusia digelar di perbatasan Belarusia. Delegasi yang datang termasuk pejabat pertahanan dan urusan luar negeri masing-masing negara.

Baca Juga:
Biden Berencana Mengunjungi Polandia Selama 3 Hari Untuk Memperingati Dimulainya Perang

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga meminta agar pesawat Rusia tidak bisa masuk ke Ukraina. Kebijakan no-fly zone ini diambil setelah Rusia telah menebakan misil.

“Kita perlu mempertimbangkan no-fly zone keseluruhan untuk misil-misil, pesawat-pesawat, dan helikopter-helikopter Rusia,” ujarnya.

Presiden Volodymyr Zelensky berkata bahwa selama lima hari terakhir invasi Ukraina, ada 56 serangan misil yang terjadi. Sebanyak 113 cruise missile juga ditembakan.

Baca Juga:
Demi Warisan, Pemuda ini Sewa Pembunuh Bayaran Untuk Bunuh Keluarganya, Namun Hal Mengejutkan Justru Terjadi

Namun, belum jelas bagaimana kebijakan no-fly zone itu akan diterapkan Ukraina.

Ukraina saat ini sedang berada di situasi darurat militer. Para laki-laki berusia 18-60 tahun dilarang meninggalkan negara.

[Rik]

Komentar

Terbaru