Pemicu Perang Rusia-Ukraina: Perdagangan-Pencaplokan Krimea

  • Minggu, 06 Maret 2022 - 22:11 WIB
  • Nasional

MANAberita.com – DILANSIR BBC melalui Detik.com, pada 2013 hubungan Rusia dan Ukraina menegang karena kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa. Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Penolakan itu memicu gelombang protes massa hingga Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya pada 2014.

Pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea, sebuah semenanjung otonom di Ukraina selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Pencaplokan itu dilakukan dengan dalih bahwa Rusia membela kepentingannya dan kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia.

Kala itu, ribuan tentara berbahasa Rusia membanjiri semenanjung Krimea. Dalam beberapa hari, Rusia selesai mencaplok Krimea di mana Ukraina dan sebagian besar dunia menyebutnya sebagai hal yang ‘tidak sah’.

Pencaplokan di Semenanjung Krimea juga mendorong pecahnya pemberontakan separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, di mana kedua wilayaha tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina. Pemberontakan itu memicu pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

Saat itu, Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak. Rusia membantahnya dan menuduh orang Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.

Dalam pertempuran dengan pemberontak separatis, lebih dari 14.000 orang tewas. Donbas, jantung industri di Timur Ukraina, hancur akibat pertempuran tersebut.

Baca Juga:
Kalahkan Pedang Pora, Inilah Jadinya Kalau ‘Raja’ Mancing Menikah, Unik Banget!

Pada 2015, Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan damai di Minsk, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Meski begitu kesepakatan damai tercoreng dengan dilanggarnya gencatan senjata berulang kali.

[SAS]

Komentar

Terbaru