MANAberita.com – PERANG Rusia Ukraina juga dipicu oleh keinginan Ukraina untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Rusia pun menanggapinya dengan keras, di mana awal pendiriannya bertujuan melawan ancaman ekspansi Rusia pascaperang di Eropa.
Diketahui aliansi tersebut didirikan pada tahun 1949 dan telah berkembang ke 30 negara, termasuk bekas republik Soviet seperti Lituania, Estonia dan Latvia. Aliansi tersebut menyatakan bahwa jika satu negara diserang atau diserang oleh pihak ketiga, semua negara di NATO akan secara kolektif memobilisasi pertahanannya.
Rusia menuntut jaminan dari NATO bahwa Ukraina dan Georgia- bekas Republik Soviet lainnya yang sempat diinvasi Rusia pada 2008- tidak akan bergabung dengan aliansi tersebut. Pemerintahan Biden dan sekutu NATO mengatakan Putin tidak dapat membatasi hak Ukraina. Meski begitu hingga saat ini belum ada proses untuk memberikan keanggotaan NATO baik untuk Ukraina maupun Georgia.
Presiden Rusia Vladmir Putin sangat marah dengan prospek pangkalan NATO di sebelah perbatasannya dan menyebut bergabungnya Ukraina dengan aliansi transatlantik pimpinan AS itu akan menandai perlintasan ‘garis merah’ antar keduanya.
Moskow melihat meningkatnya dukungan untuk Ukraina dari NATO — dalam hal persenjataan, pelatihan dan personel — sebagai ancaman bagi keamanannya sendiri. Moskow juga menuduh Ukraina meningkatkan jumlah pasukannya sendiri dalam persiapan untuk upaya merebut kembali wilayah Donbas, yang dibantah Ukraina.
Putin juga pernah menyerukan perjanjian hukum khusus yang akan mengesampingkan ekspansi NATO lebih lanjut ke arah timur menuju perbatasan Rusia. Putin menambahkan bahwa NATO yang mengerahkan senjata canggih di Ukraina, seperti sistem rudal, akan melewati “garis merah” bagi Rusia, di tengah kekhawatiran Moskow bahwa Ukraina semakin dipersenjatai oleh kekuatan NATO.
Ukraina pun dengan tegas menolak larangan Rusia soal keinginan bergabung dengan NATO.
[SAS]