MANAberita.com – GITA Selfira (21), gadis cantik asal Desa Sekar Mengkuang, Kebupaten Muara Bungo, Jambi yang menggeluti profesi yang ‘menantang’ maut.
Ya, Gita berprofesi sebagai Joki Tong Setan atau Tong Stand yang kerap ada di pasar malam di berbagai daerah di Indonesia.
Saat ini Gita sedang melakukan aksinya di Alun-alun Selatan atau alun-alun Kidul Keraton Surakarta Hadiningrat.
Gadis berusia 21 tahun itu melakukan aksinya mengendarai motornya berwarna pink itu di sirkuit yang mempunyai kemiringan hampir 90 derat dan tinggi hampir 4 meter
Dilansir Tribunnews, Gita biasanya mulai memainkan motor RX King miliknya selepas Maghrib hingga pukul 22.00 WIB.
Cewek berhijab itu sebelum menantang maut berdoa terlebih dahulu, agar aksinya sekitar 5 menit itu berjalan dengan lancar.
Dirinya mulai menggeber kendaraan hello Kitty berwana pink itu berkeliling dari atas ke bawah dalam putaran spiral dengan posisi menyamping.
Dengan senyum yang lebar, Gita terus mengegas kendaraannya dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah.
Tak lupa, ia juga mengambil uang saweran yang diberikan penonton untuk dirinya.
Meski hanya dengan membeli tiket sebesar Rp 10 ribu, Gita memberikan aksinya dengan melepaskan kedua tangannya sembari tersenyum tanpa ada rasa takut.
Sesekali, ia juga menaruh kakinya ke atas motor menunjukkan kelihaiannya dalam berkendara.
Berkat kepiawaiannya itu, Gita mendapatkan tepuk tangan dari para penonton yang berhasil dibuat jantungan oleh aksinya jadi joki tong setan.
Gita mengaku sudah menjalani profesi sebagai Joki tong setan sejak tahun 2018.
Kesukaannya tersebut bermula dari menonton tong setan sejak kecil.
“Emang dari kecil suka nonton tong setan, dan suka sampai besar lalu mulai ikut kerja sejak tahun 2018 lalu,” katanya.
Dirinya bercerita, awalnya diajarin oleh temannya yang juga berprofesi sebagai Joki tong setan.
Aksi pertamanya itu ia lakukan di Kota Jambi pada Februari 2018.
Gita bercerita, sebelum menjadi joki tong setan yang profesional, ia sempat tak mendapatkan restu dari kedua orang tuanya.
Di awal tahun meniti profesinya itu, ia sempat tak pulang ke rumah hingga satu tahun lamanya.
“Pertamanya enggak dapat restu dari orang tua kalau jadi Joki, sampai akhirnya Jual hp untuk ongkos ke pasar malam, sampai setahun enggak pulang,” ujarnya.
Karena ketekunannya bekerja sebagai Joki tong setan, akhirnya hati kedua orang tua Gita luluh dan memberikan restu pekerjaannya tersebut.
Bahkan, kata Gita, beberapa kali ibunya sempat menemani dirinya saat bekerja.
“Ibu pernah ikut tiga bulan ke pasar malam,” tuturnya.
Dari profesinya ini, dirinya sudah menjelajahi 15 provinsi yang berada di Indonesia sejak tahun 2018.
Diakuinya, salah satu keuntungan bisa mengikuti tong setan adalah bisa berkeliling kota diberbagai daerah tidak hanya di Jawa dan Sumatera saja melainkan juga sampai Sulawesi.
Tidak hanya kesenangan, duka juga dialami oleh Gita.
Tak sekali, dirinya sering terjatuh dari motor kesayangannya itu berkali-kali. Terakhir, ia jatuh dari motor saat puasa satu bulan yang lalu.
Selain itu, kendala yang sering ia alami yakni merasa pusing setiap main karena harus berputar-putar.
“Terakhir jatuh puasa kemarin, lutut sampai geser dua minggu harus istirahat total,” ujarnya.
Meski mengancam nyawanya, dirinya mengaku tidak kapok dan berhenti menjadi joki tong setan.
Dengan segala resiko yang dihadapi oleh Gita itu, lalu berapa gaji yang ia peroleh selama menjadi Joki ?
Menurut Gita, ia mendapat gaji dari 10 persen hasil penjualan tiket.
“Misalkan satu malam tiket terjual Rp 3 Juta, berarti buat kami sehari Rp 300 ribu,” terangnya.
Kemungkinan untuk omzet setiap harinya bisa lebih dari Rp 3 Juta. Serta untuk penampilannya itu isa saja berlangsung hingga satu bulan penuh.
Selain dari gaji, Gita juga memperoleh saweran dari penonton. Bahkan saweran yang ia terima bisa mencapai Rp 2 juta satu hari tampil.
Dengan gaji tersebut, ia mengaku bisa membantu perekonomian orangtuanya.
“Dari awak kerja nyari uang ngasih ke orang tua,” ujarnya.
Selama berpindah-pindah lokasi atau daerah Gita selalu tidur di tempat kos yang ia cari sendiri. Sedangkan rekan lainnya ada yang tidur di wahana untuk berjaga-jaga.
Gita mengaku, tidak ada ritual khusus sebelum dirinya tampil dengan membawa motornya tersebut.
“Paling berdoa untuk keselamatan saja, enggak nada ritual yang gimana-gimana,” paparnya.
Selama pandemi COVID-19 , Gita mengaku cukup kesulitan lantaran tidak ada yang menggelar pasar malam.
Kalau pun ada, lanjunya, pasar malam berada di Pulau Sulawesi .
“Ya ada di Sulawesi, Maluku tapi enggak banyak, kalau sekarang udah mulai aktif. Di Solo juga baru pertama ini,” pungkasnya.
(sas)